Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada rentang Rp16.140-Rp16.190 pada perdagangan besok, Senin (7/7/2025).
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,06% ke Rp16.185 per dolar AS pada perdagangan Jumat (4/7/2025). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,19% ke 96,99.
Bersama dengan rupiah, pada akhir pekan lalu sejumlah mata uang di Asia seperti yen Jepang naik 0,40%, dolar Hong Kong menguat 0,01%, dolar Singapura naik 0,11%, dan won Korea Selatan naik 0,10% sore ini.
Kemudian, sejumlah mata uang lainnya ditutup bervariasi di hadapan dolar AS. dolar Taiwan melemah 0,31%, peso Filipina melemah 0,30%, rupee India melemah 0,10%, yuan China menguat 0,09%, ringgit Malaysia melemah 0,04%, dan baht Thailand menguat 0,32%.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan pasar gelisah atas rencana AS untuk tarif perdagangan, setelah Trump mengatakan dia akan mulai mengirim surat yang menguraikan tarif yang direncanakannya ke ekonomi utama dunia paling cepat pada hari Jumat ini.
Komentar Trump menandai perubahan tajam dari klaim sebelumnya bahwa Washington akan menandatangani 90 kesepakatan perdagangan dalam 90 hari, dengan Trump mengakui kompleksitas upaya semacam itu.
Tarif tersebut berupa pungutan impor antara 20% hingga 50% akan mulai berlaku mulai 9 Juli 2025. Sejauh ini, AS baru menandatangani perjanjian perdagangan dengan Inggris dan Vietnam, serta perjanjian kerangka kerja dengan China.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal pemangkasan lanjutan suku bunga acuan atau BI-Rate, setelah dua kali menurunkannya masing-masing sebesar 25 basis point (bps) pada Januari dan Mei 2025 hingga ke level 5,50%.
BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga BI-Rate. Ruang penurunan BI-Rate ke depan sejalan dengan proyeksi inflasi yang tetap rendah. Terbukanya ruang pemangkasan BI-Rate juga dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.