Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham yang Masuk MSCI Sebelum Efektif di Akhir Agustus 2025

DSSA dan CUAN masuk MSCI Global Standard Index, menggantikan ADRO. Saham DSSA naik 8.633% sejak 2021, CUAN naik 7.422% sejak IPO 2023.
Fahmi Ahmad Burhan, Dionisio Damara Tonce
Senin, 11 Agustus 2025 | 06:12
Seremoni pencatatan saham perdana PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) pada Rabu, 8 Maret 2023./BEI
Seremoni pencatatan saham perdana PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) pada Rabu, 8 Maret 2023./BEI

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu ditutup pada level 7.533,38. Harga gabungan ini menguat ebalancing saham dalam Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode Agustus 2025. 

Dalam pengumuman MSCI terbaru, dua saham konglomerat Indonesia dari sayap bisnis batu bara ditambahkan ke dalam acuan dunia alias MSCI Global Standard Index. Kedua perusahaan itu adalah holding multimedia hingga tambang batu bara milik grup Sinar Mas yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan serta milik Prajogo Pangestu yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN). Saat yang sama MSCI menggusur tambang batu bara yang dikendalikan Garibaldi ‘Boy’ Thohir yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index. 

Kedua pendatang baru ini memang telah memberi keuntungan ribuan persen bagi investornya dalam beberapa waktu terakhir. Saham DSSA misalnya, dimulai pada level Rp9.000-an pada 2021 ketika kembali aktif diperdagangkan setelah dilakukan suspensi panjang. Harga saham ini kemudian terus mencetak rekor hingga menjadi yang termahal di level Rp280.000 per lembar pada Juli 2024.

Setelahnya, perusahaan melakukan pemecahan nilai 1:10. Tidak bertahan lama, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (8/8/2025) harga saham DSSA bertengger pada level Rp78.600 atau tanpa stock split mencapai Rp786.500 per lembar. Capaian ini membuat pemegang saham DSSA telah mengalami kenaikan 8.633,33% sejak 2021. 

DSSA sendiri belum melaporkan kinerja keuangan per 30 Juni 2025 karena tengah melakukan audit. Sesuai regulasi, laporan audit diterima BEI paling lambat pada 30 September 2025. 

Sementara itu pada kuartal I/2025, DSSA melaporkan membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$80,5 juta atau Rp1,31 triliun (asumsi Rp16.296 per dolar AS).

Capaian laba DSSA itu menyusut 21,71% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih DSSA pada periode yang sama tahun sebelumnya US$102,83 juta atau Rp1,67 triliun.

Penyusutan laba DSSA terjadi seiring pendapatan usaha yang turun 7,43% yoy menjadi US$737,55 juta atau Rp12,01 triliun pada tiga bulan pertama 2025, dibandingkan US$796,78 juta atau Rp12,98 triliun pada tiga bulan pertama 2024.

Kontributor utama dari pendapatan usaha perseroan berasal dari segmen usaha pertambangan dan perdagangan batu bara yakni US$665,27 juta. Lalu, segmen usaha penyediaan TV cable, internet, dan teknologi menyumbang pendapatan US$46,12 juta. Segmen usaha perdagangan menyumbang pendapatan US$26,11 juta dan energi terbarukan meraup pendapatan US$28.629. 

Sementara itu saham CUAN meraup pendapatan US$462,11 juta atau setara Rp7,57 triliun sepanjang pada semester I/2025. Pendapatan ini naik 49,22% YoY dari US$309,69 juta.

Kinerja CUAN ini didorong oleh penjualan batu bara sebesar US$108,05 juta, konstruksi dan rekayasa senilai US$159,33 juta, penambangan sebesar US$158,55 juta, jasa sebesar US$34,81 juta dan pendapatan lain-lain senilai US$1,35 juta.

Kendati begitu, laba bersih perusahaan hanya US$1,94 juta atau setara Rp31,86 miliar (estimasi kurs Rp16.399 per dolar AS) atau turun signifikan 93,43% YoY.

Saham CUAN mencatatkan Prajogo Pangestu dengan porsi kepemilikan saham terbesar. Prajogo yang dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes Real-Time Billionaires itu menggenggam 95,52 miliar saham atau 84,96%. Selanjutnya, investor publik yang menguasai 16,87 miliar saham atau 15%.

Lebih terperinci, investor publik terbesar berasal dari kalangan investor asing dengan 13,93 miliar. Dari situ, terdapat investor dari bank asing yang menguasai 8,71 miliar. Ada juga investor dari korporasi asing yang menggenggam 4,09 miliar saham.

Meski sahamnya terkonsentrasi, kinerja saham CUAN menarik perhatian investor karena memberikan capital gain yang solid. Sejak IPO pada Maret 2023 pada level harga Rp220, saham ini terus mendaki ke level Rp14.400 pada 31 Januari 2025. Selanjutnya pada Juli lalu, perusahaan melakukan pemecahan nilai saham 1:10 dan setelahnya menyentuh level penutupan tertinggi di harga Rp1.655 atau setara Rp16.550 jika tidak dipecah. Kondisi ini memberi investor yang ikut saat IPO keuntungan 7.422,72%. 

Prospek Saham yang Masuk MSCI Sebelum Efektif di Akhir Agustus 2025

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk signifikan dari passive fund global yang mereplikasi indeks tersebut.

“Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” ujar Liza kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).

Namun, lanjutnya, pergerakan bakal cenderung volatil menjelang tanggal efektif karena dipengaruhi aksi ambil untung. Berdasarkan catatan Kiwoom, investor asing telah membukukan net buy di seluruh pasar dengan nilai Rp1,65 triliun selama 3 hari terakhir, terhitung pada 6 – 8 Agustus 2025.

Menurut Liza, fenomena rebalancing kali ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia. Pergeseran tersebut juga berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi sekaligus menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di BEI.

“Munculnya DSSA dan CUAN sebagai pengganti ADRO menunjukkan adanya pergeseran preferensi global terhadap emiten dengan narasi pertumbuhan dan ekspansi eksplorasi, serta emiten dengan eksposur transisi energi,” ucapnya.

DSSA, lanjutnya, lolos ke MSCI berkat eksposur energi terbarukan melalui entitas SMMT dan PLTU, sedangkan CUAN mencatat pertumbuhan agresif di aset batu bara dan cadangan eksplorasi baru. Kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kesesuaian free float menjadi faktor utama keduanya menembus indeks utama.

Kendati demikian, sektor energi tetap menyimpan risiko tinggi terkait volatilitas harga komoditas global, terutama batu bara.

Liza menyatakan bahwa meskipun sensitif terhadap harga komoditas, emiten terpilih tetapi bisa menjadi magnet bagi investor global yang mencari eksposur pertumbuhan berbasis sumber daya.

“Emiten seperti CUAN dan DSSA menawarkan resiliensi melalui cadangan produksi jangka panjang, diversifikasi lini usaha seperti PLTU, eksplorasi batu bara, dan gas metana, serta strategi ekspansi dan hilirisasi,” tuturnya.

MSCI Small Index

Untuk MSCI Small Cap Index, terdapat sejumlah saham baru yang masuk meliputi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT MNC Tourism Indonesia Tbk. (KPIG), PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), PTRO serta TAPG.

Sementara, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang sebelumnya masuk MSCI Global Standard Index, kini bergeser ke MSCI Small Cap Index.  

Adapun, terdapat pula saham yang keluar dari MSCI Small Cap Index, yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk. (PNLF).

Salah satu saham yang masuk indeks yakni PTRO mencatatkan lonjakan harga saham pada perdagangan hari seiring dengan pengumuman rebalancing ini. Harga saham PTRO menanjak 9,10% pada perdagangan Jumat (8/8/2025) ditutup di level Rp3.750 per lembar.

Harga saham PTRO pun kini kokoh di zona hijau, naik 35,75% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Senior Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai seiring dengan masuknya ke dalam indeks MSCI Small Cap Index, saham PTRO prospektif dengan rekomendasi beli serta target harga dalam 12 bulan ke depan di bisa menyentuh level Rp6.000 per saham.

"Rebalancing MSCI pada Agustus 2025 dapat berfungsi menjadi pendorong prospek langkah awal. Namun, potensi yang lebih realistis terletak pada tinjauan per November 2025," kata 

Sukarno juga masih melihat peluang peningkatan harga saham meskipun valuasi relatif saat ini tinggi, didorong prospek pertumbuhan kinerja, sinergi dengan perusahaan induk dan afiliasi, serta diversifikasi portofolio yang berkelanjutan.

Akan tetapi, terdapat berbagai tantangan di saham PTRO seperti penurunan permintaan batu bara dan mineral, keterlambatan jadwal proyek, harga batu bara, bahan bakar, dan mineral, cuaca, regulasi, serta gangguan operasional.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukkan sebanyak lima sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk PTRO. Target harga saham PTRO sendiri berada di level Rp5.250 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Kemudian, RATU mencatatkan lonjakan harga saham 5,43% pada perdagangan hari ini, ke level Rp7.275 per lembar. Harga saham RATU sendiri telah melonjak 532,61% sejak melantai di Bursa pada awal tahun ini.

Tim Riset Henan Putihrai Sekuritas memberikan peringkat buy untuk RATU dengan target harga di level Rp7.320 per lembar. Prospek saham RATU didorong oleh catatan labanya yang tumbuh.

RATU membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih sebesar US$7,64 juta per Juni 2025. Capaian itu tumbuh 3,43% secara tahunan dari US$7,39 juta pada semester I/2024.

"Keberhasilan manajemen dalam mempertahankan efisiensi biaya dan mengoptimalkan proses produksi telah menjadi pendorong utama di balik pertumbuhan laba RATU yang kuat," tulis Tim Riset Henan Putihrai Sekuritas.

Meskipun, RATU mengantongi pendapatan sebesar US$25,15 juta pada 6 bulan pertama tahun ini. Dibandingkan dengan semester I/2024, pendapatan RATU menyusut 10,03% dari US$27,96 juta

Prospek saham RATU juga didorong oleh posisi strategis emiten besutan konglomerat Happy Hapsoro ini untuk mendukung target kemandirian energi pemerintah melalui produksi minyak dan gas di Blok Cepu dan Jabung.

Akan tetapi, RATU menghadapi tantangan fluktuasi harga minyak mentah dan gas alam yang dapat berdampak material terhadap kinerja keuangan dan operasional. Kinerja keuangan RATU juga sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas sumur yang dikelolanya. 

Selain itu, terdapat tantangan reservoir minyak dan gas secara yang mengalami penurunan alami dan penurunan produksi, yang menyebabkan penurunan volume produksi secara bertahap.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru mencatat sebanyak satu sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk RATU. Satu sekuritas lagi menyematkan rekomendasi hold. Target harga saham RATU sendiri berada di level Rp6.910 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Lalu, TAPG mencatatkan penguatan harga saham 2,41% pada perdagangan hari ini ke level Rp1.485 per lembar. Harga saham TAPG pun kokoh di zona hijau, menguat 94,12% ytd.

Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa telah menurunkan peringkat bagi TAPG ke hold. Sebab, kinerja operasional TAPG yang kuat sebagian besar sudah diperhitungkan. Potensi keuntungan pun menjadi terbatas.

"Meskipun pertumbuhan laba yang kuat dan margin yang membaik, saham saat ini diperdagangkan mendekati estimasi nilai wajar kami," tulis Yasmin dalam risetnya.

Berikut ringkasan hasil rebalancing indeks MSCI periode Agustus 2025:

MSCI Global Standard Indexes
Additions : DSSA, CUAN
Deletions : ADRO

MSCI Small Cap Indexes
Additions : AADI, ADRO, KPIG, PTRO, RATU, TAPG
Deletions : MBMA, PNLF

MSCI Micro Cap Indexes
Additions : -
Deletions : -

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro