Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini (11/8) Diperkirakan Bergerak Direntang Sempit

Nilai tukar rupiah 11/8/2025 diprediksi bergerak di Rp16.280-Rp16.330, terpengaruh pidato pejabat The Fed dan fokus ekonomi domestik Indonesia.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (22/7/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (22/7/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Ringkasan Berita
  • Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak dalam rentang Rp16.280 - Rp16.330 pada 11 Agustus 2025.
  • Fokus pasar uang tertuju pada pidato pejabat The Fed terkait penurunan suku bunga dan penentuan ketua baru, sementara Jerome Powell mungkin mengundurkan diri sebelum periode jabatannya berakhir.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini (11/8/2025) diperkirakan berada pada rentang Rp16.280 - Rp16.330. Rupiah sendiri ditutup pada level Rp16.292 pada penutupan perdagangan pekan lalu atau melemah tipis 6 poin. 

Ibrahim Assuaibi, Pengamat Mata Uang & Komoditas dari Laba Forexindo Berjangka menyebut para pedagang pasar uang kini mengarahkan perhatian kepada pidato para pejabat The Fed di tengah terpecahnya pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat itu terkait penurunan suku bunga acuan.

Saat yang sama, penentuan ketua The Fed berikutnya berkelindan dalam fokus ini. Pasalnya, Presiden Donald Trump mencari kandidat yang pro penurunan bunga. Ketua Fed saat ini Jerome Powell akan berakhir keketuaannya pada pertengahan 2026 dan meski masa jabatannya masih ada disebut akan mengundurkan diri.

Dari Tanah Air, nilai tukar rupiah akan didorong oleh percepatan target pemerintah untuk merealisasikan pertumbuhan ekonomi 5%–6% memerlukan strategi tepat agar dua mesin utama penggerak ekonomi yakni sektor pemerintah dan swasta. Kekuatan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada permintaan domestik, yakni konsumsi dan investasi (PMTB), yang pada Juni 2025 menyumbang 90 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Dua mesin penggerak ekonomi, pemerintah dan swasta, harus berfungsi bersama. Selama ini, selalu timpang. Satu mati, satu jalan. Itu tidak cukup. Sebagai contoh, di era Presiden SBY saat harga komoditas tinggi, ekonomi didorong sektor swasta dan utang pemerintah menurun. Sebaliknya, di era Presiden Jokowi, peran pemerintah dominan, terutama saat pandemi," katanya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro