Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat menguat pada Kamis (3/7/2025), menyusul data tenaga kerja yang jauh melampaui perkiraan. Hal ini menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat.
Melansir Reuters, Jumat (4/7/2025), indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya menguat 0,38% ke 97,12, sementara euro melemah 0,37% ke US$1,1754.
Dolar juga menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,95% ke 145,03, setelah anggota dewan Bank of Japan, Hajime Takata, menyatakan bank sentral perlu melanjutkan kenaikan suku bunga pasca-pause sementara, seiring optimisme bahwa target inflasi akan tercapai secara berkelanjutan.
Pound sterling Inggris menguat tipis 0,07% ke US$1,3645 setelah tekanan tajam di sesi sebelumnya akibat kekhawatiran fiskal dan ketidakjelasan posisi Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves.
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls atau lapangan kerja baru di sektor nonpertanian mencapai 147.000 pada Juni 2025, jauh lebih tinggi dari proyeksi 110.000 oleh para ekonom dalam survei Reuters.
Laporan ini dirilis lebih awal karena libur nasional Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli.
Baca Juga
Presiden dan CIO Merk Hard Currency Fund Axel Merk mengatakan data tenaga kerja yang kuat ini menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
“Dalam situasi pasar tenaga kerja yang sekuat ini, akan sangat sulit bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga. Argumen Jerome Powell agar The Fed bersikap wait and see masih valid,” jelasnya.
Penguatan dolar terjadi seiring lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yield obligasi Treasury AS melonjak menyusul rilis data tenaga kerja. Yield obligasi tenor 10 tahun naik 5,3 basis poin ke 4,346%, sementara yield obligasi 2 tahun—yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga—melonjak 9,7 basis poin ke 3,886%.
Analis senior FX Street Joseph Trevisani mengatakan ekonomi AS saat ini sedang dalam momentum untuk mengungguli kinerja global hingga akhir tahun. Hal ini menjadi alasan mengapa pasar saham begitu agresif dalam tiga pekan terakhir.
“Dolar telah melemah sekitar 13% terhadap euro sejak Februari karena spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga. Tapi laporan hari ini menutup peluang itu,” ungkapnya.
Berdasarkan indikator Fedwatch milik CME, ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Juli melonjak menjadi 95,3%, dari sebelumnya 76,2%.
Di arena politik, DPR AS yang dikuasai Partai Republik mengesahkan RUU pemangkasan pajak dan pengeluaran besar besutan Presiden Donald Trump, yang kini menunggu diteken untuk menjadi undang-undang.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan Bloomberg menyatakan optimisme tercapainya sejumlah kesepakatan dagang sebelum tenggat 9 Juli, saat masa jeda tarif “Hari Pembebasan” akan berakhir.