Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arah Gerak Wall Street Pekan Depan usai Cetak All Time High

Gerak bursa AS akan dipengaruhi oleh data ekonomi dan arah kebijakan AS pekan depan usai menyentuh rekor tertingginya pekan ini.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah berminggu-minggu disibukkan oleh ketegangan geopolitik, para investor kini bersiap mengalihkan fokus ke data ekonomi dan arah kebijakan terbaru untuk melihat apakah reli tajam pasar saham Amerika Serikat masih akan berlanjut.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama mencetak rekor tertinggi baru pada Jumat (27/6/2025), pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir.

Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan serta optimisme terhadap kesepakatan dagang. Meredanya ketegangan antara Iran dan Israel, pascaserangan rudal yang sebelumnya memicu kekhawatiran global, turut menyuntikkan kepercayaan ke pasar.

Melansir Reuters, Minggu (29/6/2025), perhatian pasar pekan depan akan beralih ke Washington. Presiden Donald Trump berhasil meloloskan rancangan undang-undang pemangkasan pajak dan belanja besar-besaran di DPR dan kini akan berlanjut di meja Senat.

Data penting lainnya adalah laporan ketenagakerjaan bulanan AS yang dijadwalkan rilis Kamis mendatang. Pasar saham AS akan libur pada Jumat, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan.

Indeks kejutan ekonomi Citigroup menunjukkan pelemahan, menandakan bahwa data belakangan ini meleset dari ekspektasi pasar.

Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments Matthew Miskin mengatakan setelah data yang cukup lemah pada Mei, data ekonomi pada akhir Juni akan benar-benar diperhatikan oleh pelaku pasar.

“Jika memburuk lagi, pasar akan mulai merespons,” ujar Miskin seperti dikutip Reuters.

Menurut jajak pendapat Reuters, ekonomi AS diperkirakan hanya menambah 110.000 lapangan kerja pada Juni, melambat dari 139.000 pada Mei. Meski klaim tunjangan pengangguran mingguan menurun, tingkat pengangguran bisa meningkat karena semakin banyak pekerja kesulitan mencari pekerjaan baru.

“Pasar tenaga kerja akan menjadi fokus utama dalam beberapa pekan ke depan,” kata Brent Schutte, Chief Investment Officer di Northwestern Mutual Wealth Management.

Data ketenagakerjaan ini bisa memengaruhi proyeksi waktu pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Sementara sebagian pejabat bank sentral mulai melontarkan kemungkinan pemangkasan, Ketua Jerome Powell memperingatkan bahwa tarif impor yang lebih tinggi berisiko memicu inflasi.

Pasar kini mencermati tenggat 9 Juli untuk kenaikan tarif terhadap sejumlah negara. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut bahwa kesepakatan dagang dengan 18 mitra utama AS bisa rampung sebelum libur Hari Buruh pada 1 September.

Pasar saham telah pulih tajam sejak sempat merosot tajam pada April setelah pengumuman tarif Hari Pembebasan oleh Trump. Presiden AS kemudian melunakkan sebagian kebijakan tersebut, mengurangi kekhawatiran akan resesi. Namun, pasar tetap rentan terhadap isu perdagangan.

Investor juga mencermati pembahasan RUU fiskal di Kongres untuk menakar sejauh mana stimulus fiskal yang diusulkan dan dampaknya terhadap defisit anggaran negara.

Menjelang akhir semester pertama yang bergejolak, indeks S&P 500 telah naik sekitar 5% sepanjang 2025. Secara historis, Juli menjadi bulan yang kuat bagi pasar saham, dengan kenaikan rata-rata 2,9% menurut analisis Wedbush.

Musim laporan laba kuartal II juga segera dimulai, diiringi kekhawatiran bahwa tarif tinggi bisa memangkas keuntungan korporasi atau melemahkan daya beli konsumen. Laba perusahaan S&P 500 diproyeksikan tumbuh 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data LSEG IBES.

Analis strategi investasi senior ClearBridge Investments Josh Jamner mengatakan pasar baru saja melewati periode yang penuh isu geopolitik sebagai pendorong utama pergerakan dan kini akan kembali ke fundamental ekonomi.

“Saya kira masuknya musim laporan keuangan akan mengembalikan fokus pasar ke fundamental ekonomi,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper