Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas naik untuk hari ketiga berturut-turut seiring dengan ekspektasi yang menguat terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve menyusul rilis data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan pekan lalu.
Melansir Reuters pada Selasa (5/8/2025), harga emas di pasar spot naik 0,32% ke level US$3.373,15 per troy ounce, tertinggi sejak 24 Juli. Adapun harga emas berjangka Comex AS menguat 0,8% ke level US$3.426,40 per troy ounce.
Senior Market Strategist RJO Futures Daniel Pavilonis menuturkan, peluang pemangkasan suku bunga pada September kini lebih kuat, dan bahkan lebih besar lagi untuk Desember. Ditambah dengan tekanan inflasi, ini menjadi sentimen positif bagi emas.
Pekan lalu, data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Juli lebih lemah dari perkiraan, dengan revisi besar-besaran terhadap data Mei dan Juni yang dipangkas sebesar 258.000 pekerjaan. Hal ini mengindikasikan penurunan tajam pada kondisi pasar tenaga kerja.
Sementara itu, data inflasi PCE—indikator yang menjadi acuan utama The Fed—mengalami kenaikan 0,3% pada Juni, menyusul revisi kenaikan 0,2% pada Mei, seiring mulai naiknya harga barang akibat tarif impor.
Menurut CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September kini mencapai 87,8%, meningkat tajam dari sekitar 63% pada pekan sebelumnya.
Baca Juga
Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas cenderung berkinerja baik dan dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Sementara itu, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan bahwa tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap puluhan negara kemungkinan besar akan tetap berlaku dan tidak menjadi bagian dari negosiasi pelonggaran dalam waktu dekat.
Trump menetapkan tarif impor hingga 35% untuk banyak barang dari Kanada, 50% untuk Brasil, 25% untuk India, 20% untuk Taiwan, dan 39% untuk Swiss, berdasarkan perintah eksekutif yang diteken pekan lalu.
Pada pasar logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,9% menjadi US$37,35 per ounce. Harga platinum naik 1,3% ke US$1.332,20, sementara paladium melemah 1,6% ke US$1.188,90 setelah sempat menyentuh level terendah tiga minggu pada sesi sebelumnya.
Meski melemah, Pavilonis menyebut harga paladium masih berpeluang rebound, dengan level support di US$1.180 per ounce dan potensi breakout ke atas di US$1.230.