Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang dolar Amerika Serikat diproyeksikan masih melanjutkan penguatan pada akhir 2024, termasuk terhadap nilai tukar rupiah.
Hingga Jumat (27/12/2024), dolar AS masih berada pada jalur penguatan tahunan yakni nyaris 7%. Hal itu dipicu oleh aksi pelaku pasar dalam mengantisipasi pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan membuat Federal Reserve atau Fed berhati-hati dalam menurunkan suku bunga hingga 2025.
Dilansir Reuters, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya menguat 0,08% ke level 108,16, mendekati kenaikan bulanan 2,2% dan berada di jalur untuk menutup tahun ini dengan kenaikan 6,6% sejak awal 2024.
Dolar AS menguat 5,5% terhadap yen Jepang dan 11,8% sepanjang 2024, sedangkan terhadap euro masih mendekati posisi terendah dua tahun.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan pekan lalu, Jumat (27/12/2024) dengan melemah 0,35% atau 45 poin ke posisi Rp16.235 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa dolar AS masih tetap kuat dengan ditopang oleh sikap agresif The Fed terhadap suku bunga hingga 2025.
Baca Juga
"Dolar AS tetap kuat, didorong oleh sikap agresif Federal Reserve terhadap suku bunga hingga tahun 2025 dan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi serta kinerja ekonomi yang kuat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang," kata Ibrahim lewat siaran pers, Jumat (27/12/2024).
Bahkan, kata Ibrahim, sebagian investor memproyeksikan The Fed bakal tetap mempertahankan suku bunga tinggi apabila kebijakan presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump nanti berlawanan dengan pasar.
“Kemungkinan besar bank sentral Amerika Serikat tidak akan menurunkan suku bunga bahkan bisa menaikkan suku bunga,” tuturnya.
Sementara itu dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan, daya beli masyarakat sampai akhir 2024 terkoreksi.
Dari sisi level konsumsi rumah tangga, selama tiga kuartal tahun ini terus tumbuh di bawah 5%. Per kuartal III/2024, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% secara tahunan.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi dan konsumsi dari yang sebelumnya di atas 5% menjadi di bawah 5% itu sebenarnya tanda yang jelas bahwa ada potensi pelemahan daya beli,” tuturnya.
Oleh karena itu, Ibrahim pun memperkirakan tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada pekan depan atau pekan terakhir 2024.
Menurutnya, nilai tukar terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah pada rentang Rp16.220–Rp16.300 pada perdagangan, Senin (30/12/2024).