Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ragam Kinerja Saham Ritel ACES, MAPI Cs 2024, Mana Paling Kinclong?

Mayoritas saham emiten ritel mencatatkan kinerja jeblok pada tahun ini. Namun, terdapat sejumlah saham ritel yang berkinerja baik, mana saja?
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/12/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/12/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham peritel seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. (ACES) telah membukukan kinerja harga saham yang kinclong pada 2024. Namun, sebagian besar saham peritel seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) membukukan kinerja harga saham yang jeblok.

Berdasarkan pantauan Bisnis, dari setidaknya 16 emiten peritel yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat empat saham yang berkinerja moncer sepanjang 2024. ACES misalnya mencatatkan penguatan harga saham 11,19% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level Rp795 per lembar pada penutupan perdagangan Jumat (27/12/2024).

Tim Riset Samuel Sekuritas menilai salah satu emiten peritel yakni ACES mencatatkan kinerja harga saham yang menguat sepanjang 2024 karena memiliki keunggulan dari sisi fundamental penjualan yang positif. Penjualan atau same store sales growth (SSSG) ACES telah tumbuh 6% sampai November 2024. 

"Kinerja positif di seluruh wilayah ACES didukung oleh permintaan yang kuat untuk peralatan rumah tangga, barang-barang listrik, dan lainnya menjelang perayaan akhir tahun," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas pada beberapa waktu lalu.

Selain ACES, salah satu emiten peritel yakni PT Sona Topas Tourism Industry, Tbk (SONA) bahkan mencatatkan peningkatan harga saham yang melesat signifikan 345,69% ytd ke level Rp4.390 per lembar pada penutupan perdagangan terakhir.

Sona Topas merupakan emiten pengelola toko bebas bea (duty free shop) terbesar di Indonesia. Sona Topas memiliki portofolio toko bebas bea yang berada di Bali, Jakarta, serta Medan.

Pada September 2024, Sona Topas menutup operasional Toko Bali Galleria yang dimiliki oleh salah satu entitas anaknya. Namun, emiten afiliasi Mayapada Group itu kini terus secara aktif mengikuti tender di berbagai wilayah dan bandara, termasuk membuka opsi untuk melakukan ekspansi di luar bandara seperti kereta, halte MRT, dan lainnya. 

Lalu, saham peritel lainnya yakni PT Duta Intidaya Tbk. (DAYA) yang juga pemilik lisensi gerai Watsons di Indonesia mencatatkan penguatan harga 117,01% ytd ke Rp625 per lembar pada perdagangan terakhirnya. Kemudian, anak usaha MAP Group yakni PT Map Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) mencatatkan penguatan harga saham 26,09% ytd ke level Rp1.015 per lembar.

Sementara itu, satu emiten peritel yakni PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) mencatatkan kinerja harga saham yang stagnan sepanjang 2024 di level Rp65 per lembar sampai perdagangan terakhir.

Adapun, mayoritas atau 11 saham peritel mencatatkan kinerja jeblok pada tahun ini. PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) misalnya mencatatkan penurunan harga saham 28,76% ytd ke level Rp1.350. 

Harga saham emiten pengelola rantai gerai Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) juga turun 3,11% ytd ke Rp2.800. Selain itu, harga saham PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) turun 4,25% ke level Rp406.

Sebelumnya, emiten peritel memang menghadapi ganjalan kinerja penjualan pada tahun ini karena kekhawatiran adanya pelemahan daya beli masyarakat. Sebab, sempat terjadi tren deflasi dalam lima bulan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 berada dalam tren deflasi, yang menjadi sebesar -0,12% secara bulanan (month to month/mtm). Hal tersebut menandai Indonesia mengalami deflasi selama 5 bulan secara berturut-turut, setelah terakhir mengalami deflasi panjang 7 bulan beruntun pada krisis 1999 silam. 

Ditambah, emiten peritel menghadapi tantangan rencana kebijakan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% dari sebelumnya 11% yang berlaku pada 2025. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai kebijakan tarif PPN menjadi 12% berpotensi menurunkan daya beli masyarakat sehingga bisa memengaruhi kinerja dari emiten ritel. 

"Meskipun, emiten-emiten ritel yang segmentasinya middle to high mungkin dampaknya bisa diminimalisir karena daya belinya masih cenderung stabil," ujar Azis kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan, kenaikan tarif PPN jika tanpa diimbangi program stimulus dari pemerintah, akan membuat kemampuan daya beli masyarakat stagnan. 

"Kalau mau lebih realistis, skenarionya masyarakat akan meningkatkan saving-nya, otomatis hal itu akan menghambat dari sisi top line kinerja emiten ritel," jelasnya.

Berikut daftar kinerja saham deretan emiten peritel hingga 27 Desember 2024:

1. SONA: Rp4.390 (+345,69%)

2. DAYA: Rp625 (+117,01%)

3. MAPA: Rp1.015 (+26,09%)

4. ACES: Rp795 (+11,19%)

5. MPPA: Rp65 (0%)

6. MAPI: Rp1.350 (-28,76%)

7. MAPB: Rp1.200 (-41,46%)

8. RALS: Rp362 (-31,05%)

9. RANC: Rp462 (-28,92%)

10. DEPO: Rp250 (-33,86%)

11. LPPF: Rp1.390 (-30,15%)

12. ERAA: Rp406 (-4,25%)

13. AMRT: Rp2.800 (-3,11%)

14. MIDI: Rp418 (-0,95%)

15. CSAP: Rp450 (-25%)

16. HERO: Rp565 (-36,87%)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper