Bisnis.com, JAKARTA – Pengiriman tembaga tampak digencarkan sebelum Agustus atau saat tarif impor AS diberlakukan. Setidaknya, terpantau ada empat kapal pengangkut tembaga yang sedang berusaha mencapai pelabuhan-pelabuhan di AS.
Adapun, pengiriman tembaga ini merupakan upaya terakhir untuk memanfaatkan perdagangan arbitrase yang menguntungkan. Pasar tembaga telah terguncang sejak Presiden AS Donald Trump pertama kali menggulirkan rencana tarif tembaga.
Urgensi untuk mengamankan impor tembaga pun meningkat dalam dua pekan terakhir, setelah Trump mengumumkan bahwa tarif tersebut akan ditetapkan sebesar 50% mulai 1 Agustus.
Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka tembaga AS untuk bulan Agustus kini diperdagangkan dengan premi tertinggi sepanjang sejarah terhadap harga LME.
Selisih harga tembaga di AS mencapai sekitar $2.750 per ton dari harga LME pada Rabu (23/7/2025). Level itu lebih tinggi sekitar 28% dari harga di London.
Sementara itu, harga tembaga di LME turun 0,4% menjadi $9.853 per ton pada pukul 10:15 pagi waktu Shanghai.
Pantauan Bloomberg menyebutkan kapal kargo curah Kiating telah meninggalkan pelabuhan Townsville, Australia, pekan lalu dengan muatan 8.000 metrik ton tembaga olahan.
Penyedia data pelayaran Kpler memperkirakan kapal ini tiba di Hawaii pada 30 Juli 2025. Namun, Kpler tidak dapat mengidentifikasi pemilik muatan tersebut.
Sebelumnya, dua pengiriman dari pelabuhan yang sama ke AS mengangkut tembaga milik tambang Mount Isa yang dimiliki oleh Glencore Plc.
Data pelabuhan menunjukkan bahwa kapal Kiating awalnya dijadwalkan berlabuh di New Orleans, namun mengubah tujuan ke Hawaii setelah pengumuman Trump.