Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas bijih besi menguat untuk hari kedua berturut-turut, seiring fokus pelaku pasar ke ekspektasi pemerintah China akan memberlakukan aturan pemangkasan produksi baja menjelang parade militer bulan depan di Beijing.
Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka bijih besi menguat 1% menjadi US$104,55 per ton pada pukul 11:26 waktu Singapura atau memperpanjang kenaikan 1,4% pada sesi sebelumnya.
Sementara itu, harga tembaga naik 0,3% menjadi US$9.764,50 per ton di London usai sempat melemah pada sesi perdagangan Senin. Sedangkan harga aluminium dan seng terpantau kompak naik.
Adapun, kenaikan harga bijih besi sebagai material pembuat baja ini terdorong oleh sentimen bahwa pabrik-pabrik baja di China utara telah diperintahkan untuk mengurangi produksi.
Hal itu untuk memastikan langit di Beijing tampak cerah selama acara parade militer yang digelar pada 3 September 2025 nanti. Parade ini diselenggarakan untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan dijadwalkan dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
China biasanya menghentikan aktivitas industri yang menghasilkan polusi tinggi selama acara-acara besar seperti ini. Pada parade terakhir satu dekade lalu, hampir 4.000 perusahaan di sekitar ibu kota menghentikan produksinya.
Industri baja China tetap sangat sensitif terhadap kebijakan pengendalian produksi yang diberlakukan pemerintah, mengingat urgensi kampanye Beijing untuk mengatasi kelebihan kapasitas.
Dampak jangka pendek dari pemangkasan produksi baja biasanya berupa kenaikan harga dan margin keuntungan, yang pada gilirannya mendorong naiknya biaya bahan baku seperti bijih besi dan batu bara kokas.
"Namun, pasar logam besi masih mengalami kelebihan pasokan, yang bisa menyebabkan penurunan harga apabila persediaan tetap tinggi," kata analis Pan Da dari Henan Zhonggangwang Technology Group Co. dikutip Bloomberg, Selasa (12/8/2025).