Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke posisi Rp16.310 pada perdagangan hari ini, Selasa (22/7/2025). Pada saat bersamaan, greenback juga terapresiasi.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka menguat 13 poin atau 0,08% menuju Rp16.310 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,07% ke 97,91.
Sementara itu, mata uang di Asia dibuka bervariasi. Yuan China melemah 0,03% bersama rupee India sebesar 0,16%. Sementara itu, peso Filipina dan ringgit Malaysia masing-masing menguat 0,25% dan 0,03%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi sebelumnya memperkirakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah akan cenderung fluktuatif, tetapi berisiko ditutup melemah pada rentang Rp16.310 hingga Rp16.360 per dolar AS.
Dia menjelaskan, terdapat sejumlah sentimen global dan domestik yang memengaruhi pergerakan rupiah. Dari eksternal, meningkatnya ketidakpastian tarif perdagangan Amerika Serikat menjadi perhatian utama para investor.
“Meningkatnya ketidakpastian tarif AS terus menjadi trending di kalangan para investor, setelah Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa Uni Eropa sedang mempersiapkan tindakan balasan atas tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (22/7/2025).
Dia melanjutkan bahwa Uni Eropa tengah mempersiapkan langkah balasan terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
Hal tersebut merupakan respons atas tuntutan tambahan dari pejabat AS terkait konsesi dalam kesepakatan perdagangan potensial, termasuk usulan tarif dasar sebesar 15% yang mengejutkan para negosiator.
Sementara itu, di kawasan Asia, hasil pemilu majelis tinggi Jepang juga turut menambah ketidakpastian. Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas, hanya memperoleh 47 dari total 248 kursi.
Dari dalam negeri, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya, yakni sekitar 4,87% (year on year/YoY). Meskipun terdapat momen libur sekolah dampaknya terhadap pertumbuhan tidak sebesar Ramadan dan Lebaran.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.