Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah aksi akuisisi marak dilakukan konglomerasi nasional di lantai bursa pada awal paruh kedua 2025. Aksi akuisisi ini diperkirakan dapat menambah pos pendapatan berulang atau recurring income dari grup konglomerasi tersebut.
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi memperkirakan aksi akuisisi yang dilakukan sejumlah grup konglomerasi nasional didorong oleh valuasi saham yang tengah mudah dan untuk memperluas ekosistem usaha mereka.
“Akuisisi dilakukan karena selain valuasi murah, ada upaya ekspansi ekosistem juga untuk meningkatkan sinergi antar bisnis,” kata Wafi, Selasa (22/7/2025).
Menurut Wafi, aksi akuisisi ini akan berdampak pada diversifikasi pendapatan grup konglomerasi. Selain itu, akuisisi juga dapat menambah pos recurring income dan berdampak pada efisiensi, sehingga mendorong pertumbuhan marjin.
Namun, Wafi mengingatkan, apabila ekspansi yang dilakukan salah, maka bisa berdampak pada meningkatnya beban keuangan.
“Ada risiko overlapping bisnis dan mismatch sinergi juga,” ujar Wafi.
Sebagaimana diketahui, Grup Djarum misalnya, dalam waktu singkat memborong saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL).
PT Astra International Tbk. (ASII) juga terpantau terus memperluas jaringan investasinya, baik di sektor logistik melalui PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) maupun di sektor layanan kesehatan digital seperti Halodoc.
Tak ketinggalan, konglomerasi milik Prajogo Pangestu juga sempat masuk ke SSIA. Akhir-akhir ini, Prajogo juga gencar bermanuver membawa anak usaha ke lantai bursa, emisi surat utang, dan konsolidasi.
Adapun dari beberapa konglomerasi yang melakukan akuisisi ini, Wafi menuturkan investor dapat mencermati sejumlah saham yang berada di grup konglomerasi. Saham-saham tersebut seperti BBCA dengan target price Rp9.100, HEAL dengan target harga Rp2.200, dan TPIA dengan target price Rp9.000.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.