Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usia Pasar Modal 48 Tahun Wujudkan Daulat Ekonomi Majukan Indonesia

Pasar Modal Indonesia merayakan 48 tahun dengan kapitalisasi Rp13.555 triliun, didukung kolaborasi SRO, peningkatan literasi, dan pertumbuhan investor.
Pembukaan pasar modal saat perayaan HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Senin (11/8/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pembukaan pasar modal saat perayaan HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Senin (11/8/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Capaian apik yang dicetak pasar modal bertepatan dengan usia ke-48 tahun sejak Pasar Modal Indonesia diaktifkan kembali oleh Presiden Soeharto pada 10 Agustus 1977 silam tak lepas dari tantangan dan peluang yang mengadang.

Pada tahun yang baru ini, tantangan dan peluang itu diarahkan untuk mewujudkan ekonomi mandiri, berdaulat, dan maju bersama. Selama 48 tahun terakhir, self regulatory organizations (SRO) telah bahu-membahu untuk meningkatkan literasi keuangan yang akhirnya memperkokoh fondasi pasar modal Tanah Air.

Iding Pardi, Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memaparkan, saat ini kapitalisasi pasar modal di Indonesia telah melesat dari Rp260 triliun pada 2020 menjadi Rp13.555 triliun per 8 Agustus 2025.

"Jika kita menoleh ke belakang sejarah pasar modal bukan kisah mulus. Pasar modal berdiri pertama kali di era Hindia Belanda demi kepentingan VOC, lalu ditutup saat Perang Dunia Pertama, dan dibuka kembali, dan kembali vakum di Perang Dunia Kedua," kata Iding dalam acara 48 Tahun Diaktifkannya Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Senin (11/8/2025).

Transformasi pasar modal pun telah mengalami banyak perbaikan. Usai dibuka kembali pada 1977, lahir Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya pada medio 1996-1997 didirikan KSEI dan KPEI. Pada 2020, dimulai era scripless trading yang menandai berakhirnya transaksi saham menggunakan dokumen fisik.

Dalam peristiwa penting perkembangan pasar modal terbaru, tepatnya pada 2012 dimulai kewajiban pembukaan rekening dana nasabah (RDN) dan single investor identification (SID) bagi investor pasar modal.

Dalam perkembangannya, jumlah investor juga melejit dari hanya 320.506 SID pada 2012, menjadi 17.465.848 per dua hari sebelum Pasar Modal Indonesia genap berusia 48 tahun. Pertumbuhan juga diikuti jumlah emiten yang melantai di bursa, dari hanya 286 pada 2000 menjadi 954 emiten pada 2025.

Perkembangan tersebut turut membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat pesat, dari 416,32 pada 2000 menjadi di level 7.605,92, per penutupan perdagangan hari ini, Senin (11/8/2025).

"Semua ini terwujud karena kolaborasi erat antar-regulator, pelaku pasar, investor dan masyarakat. Ini kekuatan yang membuat pasar modal kita tangguh menghadapi krisis, berbagi disrupsi, dan gejolak global," ungkapnya.

Seperti diketahui, IHSG ditargetkan dapat menyentuh level 8.000 pada HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 nanti. 

Iding bilang, pasar modal Indonesia masih punya peluang besar dengan tingginya potensi pertumbuhan investor. Selain itu, stabilitas ekonomi makro domestik juga masih terjaga di kisaran 5%. 

Peluang lainnya yang mendorong pertumbuhan pasar modal adalah kemajuan teknologi digital, pengembangan produk dan instrumen investasi baru, dan pemanfaatan teknologi big data untuk pengawasan.

"Namun tentu tantangannya tidak sederhana. Ketidakpastian global, pendalaman pasar yang perlu ditingkatkan, kualitas tata kelola emiten, ancaman siber dan kebutuhan perlindungan investor yang lebih baik," tegasnya.

Maka untuk menjawab tantangan dan peluang tersebut, Iding menjabarkan agenda strategis yang dapat dilakukan antara lain dari aspek peningkatan supply adalah mendorong peningkatan jumlah emiten, meningkatkan kualitas emiten melalui kebijakan peningkatan free float secara bertahap dan peningkatan due diligence oleh penjamin emisi dan profesi penunjang.

Selain itu, menurutnya diperlukan juga diversifikasi instrumen keuangan serta mengembangkan ekosistem pasar modal syariah.

Sementara dari aspek permintaan, strategi yang dilakukan adalah meningkatkan jumlah investor pasar modal, melakukan kolaborasi antar lembaga keuangan serta melakukan edukasi dan literasi investor.

Berikutnya dari aspek penguatan intermediary, dilakukan dengan cara memperkuat keamanan siber, kategorisasi perusahaan efek dan manajer investasi serta melakukan perluasan keanggotaan.

Sementara dari aspek penguatan infrastruktur, dilakukan pengembangan dan peningkatan kapasitas core system Self-Regulatory Organization (SRO), memperkuat data governance untuk efisiensi operasional, serta pemanfaatan big data untuk pengawasan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro