Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah negara berkembang berbondong-bondong menerbitkan surat utang obligasi berdenominasi euro sebagai diversifikasi dari aset dolar AS.
Adapun, lonjakan emisi obligasi euro juga didorong oleh kenaikan permintaan terhadap utang dari negara berkembang, khususnya dari negara-negara yang memiliki kualitas kredit yang tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg, perusahaan dan pemerintah dari negara-negara berkembang telah menerbitkan obligasi berdenominasi euro senilai 89 miliar euro hingga 18 Juli 2025. Realisasi itu menjadi jumlah tertinggi sejak setidaknya 2014.
Sebagian besar penerbitan obligasi euro itu berasal dari Eropa Timur, dengan Polandia dan Rumania menyumbang €21 miliar secara kolektif. Di luar Benua Biru, peminjam lain, mulai dari Chili hingga Korea Selatan dan China, juga ikut masuk pasar dalam beberapa bulan terakhir.
Volume obligasi berdenominasi euro pun diperkirakan terus meningkat secara absolut maupun relatif terhadap obligasi berdenominasi dolar AS. Kendati demikian, porsi obligasi euro saat ini masih terbilang kecil dibandingkan total pasokan obligasi pasar negara berkembang.
Stefan Weiler, Kepala Pasar Modal Utang untuk Eropa Tengah, Timur Tengah, dan Afrika di JPMorgan Chase & Co., London mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi berdenominasi euro.
Baca Juga
"Peminjam terlihat semakin aktif dalam melakukan diversifikasi dan menjajaki pasar-pasar khusus (niche market)," kata Weller, dikutip Bloomberg, Senin (21/7/2025).
Adapun, pelemahan indeks dolar AS turut menjadi pemantik minat negara berkembang untuk menerbitkan obligasi nondolar. Indeks dolar AS sendiri telah turun sekitar 8% tahun ini yang membuat para manajer investasi meninjau ulang eksposur besar terhadap aset-aset AS.
Beberapa penekan greenback tahun ini berasal dari kebijakan tarif Donald Trump dan serangannya terhadap The Fed. Tanda-tanda melemahnya permintaan terhadap dolar AS pun mulai terlihat, dan rasio lindung nilai (hedge ratio) yang rendah menunjukkan masih ada ruang untuk pelemahan dolar AS lebih lanjut.
Analis di Goldman Sachs Group Inc. membandingkan obligasi berdenominasi euro dan dolar yang diterbitkan oleh negara yang sama pada hari yang sama tahun ini. Mereka menemukan bahwa obligasi euro sedikit lebih unggul dari tolok ukurnya dibanding obligasi dolar satu minggu setelah diterbitkan.
“Peningkatan penerbitan obligasi euro sejauh ini diserap pasar dengan baik,” tulis para analis Goldman Sachs yang termasuk Kamakshya Trivedi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.