Bisnis.com, JAKARTA— Liquidity Provider Saham resmi meluncur pada Senin (11/8/2025) bersamaan dengan perayaan HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan sebagai bagian dari upaya meningkatkan likuiditas pasar dan memberikan kemudahan bagi investor dalam melakukan transaksi saham, pada Senin (11/8/2025), BEI secara resmi memberikan lisensi perdana Liquidity Provider Saham kepada PT Phintraco Sekuritas.
Lisensi tersebut diberikan kepada PT Phintraco Sekuritas karena telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh BEI, termasuk kesiapan infrastruktur, sumber daya, serta komitmen dalam menjalankan fungsi penyedia likuiditas secara berkelanjutan.
“Pengembangan Liquidity Provider Saham ini merupakan bagian dari inisiatif strategis BEI untuk meningkatkan kualitas pasar modal Indonesia,” paparnya di sela perayaan HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia, Senin (11/8/2025).
Menurut Iman, Liquidity Provider Saham memiliki peran penting dalam menjaga ketersediaan kuotasi beli dan jual, sehingga dapat mengurangi bid-ask spread pada saham-saham dengan likuiditas rendah. Dengan hadirnya Liquidity Provider Saham, diharapkan minat investor meningkat dan aktivitas perdagangan menjadi lebih aktif.
BEI juga turut mengundang sekuritas atau anggota bursa (AB) lainnya untuk turut berpartisipasi sebagai Liquidity Provider Saham guna bersama- sama mendorong peningkatan likuiditas dan efisiensi pasar.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menargetkan implementasi penyedia likuiditas (liquidity provider) dapat meluncur pada kuartal III/2025. Saat ini, sudah ada 13 sekuritas yang berminat menjadi penyelenggara.
“Buat investor dua hal yang sangat penting, yakni keuntungan dan likuiditas. On paper dia untung [bila sahamnya naik], tapi kalau pada saat dia mau menjual tidak ada yang mau beli, enggak ada gunanya. Itulah yang mau kami berikan di BEI untuk meningkatkan likuiditas dari saham-saham yang ada,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).
Berdasarkan data BEI, sekitar 70% saham di bursa memiliki aktivitas transaksi di bawah rata-rata market. Kemudian 75% saham memiliki spread harian lebih tinggi dari rata-rata market.
Spread adalah selisih antara harga penawaran (bid) dan harga permintaan (ask) dari saham. Jika spread terlalu lebar, maka transaksi sulit terjadi.
Dengan adanya liquidity provider, harapannya ada peningkatan transaksi saham hingga 11,5% pada saham 90 persentil terbawah. Selain itu, penurunan rerata spread harian di market menjadi kurang dari 3 tick.