Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) menyentuh level penutupan all-time-high (ATH) setelah mengalami reli di tengah sentimen masuk MSCI Global Standard Index.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham DSSA ditutup naik 5.600 poin atau 7,12% ke level Rp84.200 per saham pada Senin (11/8/2025). DSSA melanjutkan reli sejak pengumuman masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International atau MSCI untuk periode Agustus 2025.
Pengumuman masuknya DSSA ke dalam MSCI Global Standard Indexes terungkap pada Jumat (8/8/2025). Seusai pengumuman itu, saham DSSA terbang 20% atau menyentuh auto reject atas (ARA) ke level Rp78.600 pada akhir pekan lalu.
Reli saham DSSA berlanjut pada hari ini dan menyentuh level penutupan tertinggi atau ATH sejak perseroan melantai di BEI pada 10 Desember 2009.
Di level harga Rp84.200, saham DSSA sudah meroket 127,56% sepanjang tahun berjalan 2025 atau dari posisi Rp37.000 per saham pada akhir 2024. Di level harga saat ini, investor harus merogoh kocek Rp8,42 juta untuk membeli 1 lot saham DSSA.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA ke MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk signifikan dari passive fund global yang mereplikasi indeks tersebut.
“Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” ujar Liza kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).
DSSA masuk indeks MSCI bersama dengan saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu.
Menurut Liza, fenomena rebalancing indeks MSCI kali ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia. Pergeseran tersebut juga berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi sekaligus menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di BEI.
“Munculnya DSSA dan CUAN sebagai pengganti ADRO menunjukkan adanya pergeseran preferensi global terhadap emiten dengan narasi pertumbuhan dan ekspansi eksplorasi, serta emiten dengan eksposur transisi energi,” ucapnya.
DSSA, lanjutnya, lolos ke MSCI berkat eksposur energi terbarukan melalui entitas SMMT dan PLTU. Kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kesesuaian free float menjadi faktor utama keduanya menembus indeks utama.
Kendati demikian, sektor energi tetap menyimpan risiko tinggi terkait volatilitas harga komoditas global, terutama batu bara.
Liza menyatakan bahwa meskipun sensitif terhadap harga komoditas, emiten terpilih tetapi bisa menjadi magnet bagi investor global yang mencari eksposur pertumbuhan berbasis sumber daya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.