Bisnis.com, JAKARTA — Rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International atau MSCI untuk periode Agustus 2025 diyakini menjadi momentum pergeseran sentimen global terhadap sektor energi Indonesia.
Dalam tinjauan terbaru, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) resmi bergabung ke dalam MSCI Global Standard Index. Keduanya menggantikan posisi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index.
Perubahan konstituen yang baru efektif pada 27 Agustus 2025 ini pun menyengat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Jumat (8/8/2025), indeks komposit ditutup menguat 0,58% ke 7.533,39.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan total volume yang diperdagangkan hari ini mencapai 30,23 miliar saham, dengan nilai turnover Rp18,50 triliun. Adapun kapitalisasi pasar mencapai Rp13.555 triliun.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk signifikan dari passive fund global yang mereplikasi indeks tersebut.
“Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” ujar Liza kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).
Baca Juga
Namun, lanjutnya, pergerakan bakal cenderung volatil menjelang tanggal efektif karena dipengaruhi aksi ambil untung. Berdasarkan catatan Kiwoom, investor asing telah membukukan net buy di seluruh pasar dengan nilai Rp1,65 triliun selama 3 hari terakhir, terhitung pada 6 – 8 Agustus 2025.
Menurut Liza, fenomena rebalancing kali ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia. Pergeseran tersebut juga berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi sekaligus menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di BEI.
“Munculnya DSSA dan CUAN sebagai pengganti ADRO menunjukkan adanya pergeseran preferensi global terhadap emiten dengan narasi pertumbuhan dan ekspansi eksplorasi, serta emiten dengan eksposur transisi energi,” ucapnya.
DSSA, lanjutnya, lolos ke MSCI berkat eksposur energi terbarukan melalui entitas SMMT dan PLTU, sedangkan CUAN mencatat pertumbuhan agresif di aset batu bara dan cadangan eksplorasi baru. Kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kesesuaian free float menjadi faktor utama keduanya menembus indeks utama.
Kendati demikian, sektor energi tetap menyimpan risiko tinggi terkait volatilitas harga komoditas global, terutama batu bara.
Liza menyatakan bahwa meskipun sensitif terhadap harga komoditas, emiten terpilih tetapi bisa menjadi magnet bagi investor global yang mencari eksposur pertumbuhan berbasis sumber daya.
“Emiten seperti CUAN dan DSSA menawarkan resiliensi melalui cadangan produksi jangka panjang, diversifikasi lini usaha seperti PLTU, eksplorasi batu bara, dan gas metana, serta strategi ekspansi dan hilirisasi,” tuturnya.
Seiring dengan hasil kocok ulang MSCI, saham DSSA ditutup menguat sebesar 20% menuju level Rp78.600. Pada saat bersamaan, saham CUAN juga menorehkan kenaikan sebesar 7,19% menjadi Rp1.565 per saham.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.