Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Indonesia turun ke level terendah sejak September 2023, ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga, arus masuk dana asing, serta depresiasi dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun tiga basis poin menjadi 6,42% pada Jumat (8/8/2025). Penurunan ini makin jauh dari level tertingginya pada Januari hingga hampir 90 basis poin.
Adapun, obligasi negara di Asia berkembang, termasuk Indonesia, mengalami reli sepanjang tahun ini karena investor global mendiversifikasi investasinya dari aset berbasis dolar.
Rilis data ketenagakerjaan AS pada Juli yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan memangkas suku bunga pada pertemuan September, sehingga memperbaiki sentimen terhadap obligasi dan menekan nilai tukar dolar AS.
Philip McNicholas, ahli strategi obligasi negara Asia di Robeco, mengatakan kebijakan moneter di Indonesia secara konsisten cenderung ketat karena Bank Indonesia harus menangani komponen pengelolaan nilai tukar dalam mandatnya.
"Namun dengan dolar AS yang memasuki tren pelemahan jangka panjang, hal ini dapat membuka ruang bagi kebijakan domestik yang lebih akomodatif melalui pemangkasan suku bunga, yang pada akhirnya memberikan tekanan penurunan terhadap imbal hasil obligasi," katanya di Singapura, dikutip Jumat (8/8/2025).
Sementara itu, ekspektasi Bank Indonesia akan melanjutkan pelonggaran moneter tahun ini juga mendorong reli di pasar obligasi domestik. Sentimen terhadap kondisi fiskal Indonesia pun membaik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomitmen untuk menjaga defisit anggaran negara di bawah 3% dari produk domestik bruto dan menggunakan cadangan kas untuk menutup kekurangan anggaran tahun ini.
Dengan perkembangan itu, investor asing telah membeli obligasi pemerintah Indonesia senilai sekitar US$3,5 miliar sepanjang tahun ini, melampaui total arus masuk sepanjang tahun lalu.
McNicholas melihat posisi investor global pada obligasi berdenominasi mata uang lokal Indonesia masih tergolong rendah, terutama jika dibandingkan dengan pasar-pasar lain yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi.
"Kembalinya posisi investasi ke level historis yang lebih normal di Indonesia kemungkinan besar akan mendukung pasar obligasi pemerintah dan mendorong imbal hasil turun lebih lanjut," ujarnya.