Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Menanti Rilis Data Ekonomi AS, Harga Emas Naik Tipis

Harga emas menguat tipis seiring dengan sikap hati-hati investor menjelang rilis data ekonomi utama Amerika Serikat.
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers
Ringkasan buat kamu
  • Pemprov Papua Barat Daya mempercepat legalisasi Koperasi Desa Merah Putih untuk memperkuat ekonomi masyarakat.
  • Legalitas koperasi penting agar dapat berkembang dan mengakses pendanaan, menjadi motor ekonomi kerakyatan.
  • Proses legalisasi koperasi baru 6% selesai, terhambat keterbatasan notaris, dengan target selesai pada 12 Juli 2025.

* Informasi ini dibuat dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas terpantau menguat tipis seiring dengan sikap hati-hati investor menjelang rilis data ekonomi utama Amerika Serikat. Sementara itu, meredanya ketegangan antara Iran dan Israel turut menekan permintaan aset safe haven.

Berdasarkan data Reuters pada Kamis (26/6/2025), harga emas di pasar spot naik tipis 0,27% ke level US$3.331,95 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 0,3% ke US$3.343,1.

Pada sesi sebelumnya, harga emas sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari dua pekan terakhir.

Senior Market Strategist RJO Futures Daniel Pavilonis menuturkan, dengan semua momentum dan potensi yang ada di pasar, faktor-faktor penggerak harga emas justru gagal mendorongnya ke level tertinggi baru. 

“Jadi, saya pikir arah harga emas saat ini cenderung ke bawah. Jika situasi di Timur Tengah tidak memanas lagi, bukan tidak mungkin emas bisa turun ke kisaran US$2.900,” lanjutnya.

Presiden AS Donald Trump menyambut baik berakhirnya konflik Iran-Israel yang dinilainya cepat. Ia juga menyatakan berharap dapat membangun hubungan baru dengan Teheran yang tidak mengarah pada program nuklir.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell kembali menegaskan dalam kesaksian hari keduanya di Kongres bahwa bank sentral belum perlu terburu-buru memangkas suku bunga karena ketidakpastian dampak dari kebijakan tarif yang masih dinegosiasikan.

Seperti diketahui, pada Mei lalu, Trump menunda pemberlakuan tarif perdagangan besar-besaran hingga 9 Juli guna memberi waktu bagi AS bernegosiasi dengan sejumlah negara.

Namun, Powell menambahkan, jika ternyata tekanan inflasi tetap terkendali, maka pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat.

Saat ini, pasar memperkirakan probabilitas pemangkasan suku bunga pada September mencapai lebih dari 85%.

Secara historis, emas cenderung menguat dalam situasi penuh ketidakpastian dan lingkungan suku bunga rendah.

Pelaku pasar juga menantikan rilis data produk domestik bruto (PDB) dan tenaga kerja AS yang dijadwalkan Kamis waktu setempat, serta data Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Jumat, yang menjadi indikator inflasi acuan bagi The Fed.

Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,8% ke US$36,20 per ounce. Sementara palladium turun 0,5% ke US$1.061,01 dan platinum melonjak 2,8% ke US$1.352,96—level tertingginya sejak September 2014.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper