Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir karena pelaku pasar menanti kepastian sikap Gedung Putih terkait kebijakan tarif komoditas ini.
Sentimen ini muncul setelah pekan lalu otoritas AS mengguncang pasar dengan keputusan resmi bahwa emas batangan 100 ons dan 1 kg akan dikenakan tarif impor.
Melansir Bloomberg Senin (11/8/2025), harga emas berjangka Comex AS melemah 1,51% ke level US$3.436,7 per troy ounce pada pukul 08.29 WIB. Sementara itu, harga emas di pasar spot melemah 0,68% ke level US$3.374,67 per troy ounce.
Harga emas anjlok setelah melonjak ke rekor tertinggi pada Jumat pekan lalu usai pemerintah AS menyatakan akan mengoreksi “informasi keliru” seputar pengenaan tarif pada emas dan produk khusus lainnya.
Selisih harga antara pasar AS dan London kini berada di bawah US$60 per ons, setelah sebelumnya sempat melesat di atas US$100 akibat kejutan kebijakan tersebut.
Kebijakan tarif ini memiliki implikasi besar terhadap arus perdagangan emas global dan stabilitas kontrak berjangka AS. Pemerintah sebelumnya telah mengecualikan emas dari tarif sejak April. Hingga ada kepastian jangka panjang, pelaku pasar memperkirakan volatilitas di pasar logam mulia akan tetap tinggi.
Baca Juga
“Kami melihat seluruh segmen pasar emas masih berjalan tertib sambil menanti kejelasan kebijakan ini,” ujar Senior Market Strategist untuk Amerika Utara di World Gold Council, Joseph Cavatoni.
Harga emas telah menguat sekitar 30% sepanjang tahun, dengan sebagian besar kenaikan terjadi dalam empat bulan pertama, didorong ketegangan geopolitik dan perdagangan. Pada Jumat lalu, harga membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut dan kini hanya berjarak sekitar US$100 dari rekor tertinggi April.
Fokus pasar kini tertuju pada rilis data inflasi AS pada Selasa pekan ini yang diharapkan memberi sinyal arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Konsensus ekonom memproyeksikan inflasi inti naik 0,3% pada Juli, lebih tinggi dari kenaikan 0,2% di bulan sebelumnya.
The Fed sejauh ini tetap menolak tekanan Presiden Donald Trump untuk melonggarkan kebijakan moneter, seraya berupaya menyeimbangkan risiko pelemahan pasar tenaga kerja dengan inflasi yang masih tinggi.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi katalis positif bagi emas yang tidak menawarkan imbal hasil.