Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah mata uang global melemah setelah dolar Amerika Serikat menguat tipis pada perdagangan Senin (23/6/2025) karena investor global memburu aset safe haven di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik setelah serangan udara AS terhadap situs nuklir Iran.
Meski demikian, pergerakan pasar sejauh ini masih terbatas, mencerminkan sikap wait and see terhadap potensi aksi balasan dari Teheran.
Melansir Reuters, yen Jepang melemah 0,34% ke level 146,53 per dolar AS pada pukul 10.12 WIB. Sementara itu, euro melemah 0,17% ke US$1,15, sedangkan yuan China melemah 0,12% ke level 7,19.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,12% ke 99,037.
Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah dibuka melemah sebesar 58 poin atau 0,35% menuju level Rp16.454,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,34% ke 99,04.
Analis valas Commonwealth Bank of Australia Carol Kong mengatakan pasar masih menanti langkah selanjutnya dari Iran, dengan kekhawatiran utama tertuju pada potensi dampak inflasi ketimbang risiko perlambatan ekonomi.
Baca Juga
"Pasar mata uang sangat bergantung pada pernyataan dan aksi dari Iran, Israel, dan AS. Jika konflik berlanjut, mata uang safe haven berpeluang melanjutkan penguatan," ujarnya.
Iran bersumpah akan membalas serangan AS yang menggunakan bom penembus bunker seberat 30.000 pon ke fasilitas nuklir Fordow. Sementara itu, sejumlah kota di AS mulai dilanda aksi protes antiperang, sementara para pemimpin AS mendesak Iran untuk tidak melakukan eskalasi.
Langkah balasan paling mencolok datang dari parlemen Iran yang menyetujui rencana menutup Selat Hormuz—jalur sempit yang menjadi rute hampir seperempat dari perdagangan minyak global dan berbatasan dengan Oman serta Uni Emirat Arab.
Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo, menilai pasar saat ini masih menganggap serangan AS sebagai insiden terbatas, bukan awal dari perang yang lebih luas. Aliran modal ke aset aman pun masih relatif tenang, mencerminkan ekspektasi bahwa eskalasi ini bersifat sementara.
Meski dolar kembali menjalankan peran sebagai aset pelindung nilai di tengah lonjakan risiko geopolitik, penguatan yang moderat menunjukkan kehati-hatian investor.
Sepanjang tahun ini, dolar telah melemah 8,6% terhadap mata uang utama lainnya, terdampak kekhawatiran atas tarif Presiden Donald Trump dan ketidakpastian arah ekonomi AS.
Sementara itu di pasar kripto, harga Bitcoin naik 1,3% pada perdagangan awal Senin setelah sempat anjlok sekitar 4% sehari sebelumnya. Ether juga menguat 2,3% setelah turun 9% pada sesi sebelumnya.