Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Saham IDX BUMN20 Naik 16,96% Sebulan, Intip Emiten Pendorongnya

Kembali dilanjutkannya proyek Ibu Kota Negara (IKN) di Nusantara diharapkan menjadi katalis penggerak harga saham emiten BUMN bidang konstruksi.
Karyawan memantau pergerakan pedagang saham di Jakarta, Senin (21/4/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Karyawan memantau pergerakan pedagang saham di Jakarta, Senin (21/4/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham emiten pelat merah atau BUMN perlahan menunjukkan penguatan, didorong oleh sejumlah faktor seperti kinerja keuangan serta bergulirnya Danantara. Bagaimana kemudian prospeknya ke depan?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks BUMN atau IDX BUMN20 menguat 0,87% pada perdagangan hari ini, Selasa (6/5/2025), ke level 351,6. IDX BUMN20 pun telah menguat 16,96% dalam sebulan perdagangan terakhir. Adapun, IDX BUMN20 hanya terkoreksi 2,47% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Pergerakan IDX BUMN20 itu lebih baik jika dibandingkan indeks utama seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah 3,5% ytd, indeks LQ45 melemah 7,18% ytd, serta IDX30 melemah 5,83% ytd.

Head of Investment Specialist Fath Aliansyah Budiman mengatakan indeks BUMN memang telah mengalami penguatan dalam beberapa waktu terakhir, terdorong oleh kinerja sejumlah emiten.

"Sejauh ini yang performa secara kinerja keuangan dan terefleksi di pergerakan harga sahamnya serta memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan IDX BUMN20 adalah ANTM [PT Aneka Tambang Tbk.] dan BRIS [PT Bank Syariah Indonesia Tbk.]," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (6/5/2025).

Harga saham ANTM memang sedang menanjak. Pada perdagangan hari ini, harga saham ANTM naik 9,48% ke level Rp2.540 per lembar. Harga saham ANTM juga melesat 66,56% ytd.

Kemudian, harga saham BRIS naik 3,81% ke level Rp3.000 pada perdagangan hari ini. Sementara itu, harga saham BRIS naik 9,89% ytd.

Dia juga menilai, saham-saham pelat merah lainnya seperti PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang cenderung menguat dalam sebulan perdagangan terakhir memberikan kontribusi tambahan ke IDX BUMN20.

Harga saham TLKM telah naik 17,03% dalam sebulan perdagangan terakhir ke level Rp2.680. Kemudian, harga saham BMRI naik 6,64% dalam sebulan ke Rp4.980, BBRI naik 6,59% dalam sebulan ke Rp3.880, serta BBNI naik 3,72% dalam sebulan ke level Rp4.180.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan IDX BUMN20 memang lebih defensif dibandingkan indeks lainnya dalam empat bulan pertama 2025, didorong oleh sejumlah faktor.

"Katalis positif didapatkan dari kelanjutan pembangunan IKN. Ini bagus untuk emiten konstruksi," kata Nafan kepada Bisnis pada Selasa (6/5/2025).

Saham-saham bank pelat merah pun mendapatkan dorongan dari kinerja laba serta kualitas rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terkendali.

Ke depan, indeks BUMN masih akan terdorong oleh sejumlah faktor, seperti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang berdampak ke saham perbankan serta sektor-sektor lainnya.

Faktor pendorong lainnya adalah telah berjalannya superholding BUMN, Danantara. Sebagaimana diketahui, Danantara kini mengelola 844 perusahaan yang sebelumnya berada di bawah BUMN, termasuk anak, cucu, hingga cicit perusahaan.

Seluruh entitas ini resmi berada di bawah kendali Danantara sejak 21 Maret 2025, tak lama setelah peresmian superholding BUMN itu dilakukan.

"Apalagi sudah adanya Danantara. Di samping itu, Danantara berkomitmen investasi di sektor riil, baik di hilirisasi maupun infrastruktur," ujar Nafan.

Menurutnya, harga saham sejumlah emiten pelat merah telah terpriced-in. Kemudian, ke depan akan ada aksi beli dari asing atau net buy asing.

"Yang penting emiten-emiten BUMN konsisten menerapkan good corporate governance. Begitu juga dengan Danantara diharapkan menerapkan good corporate governance," ujar Nafan.

Ia menilai terdapat sejumlah saham BUMN pilihan yang prospektif, seperti ANTM, TLKM, BMRI, serta BBRI.

Meski begitu, ke depan indeks akan menghadapi gelombang fenomena "Sell in May and Go Away" yang kerap menjadi batu sandungan gerak pasar saham pada bulan Mei.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menilai secara historis bulan Mei cenderung menjadi periode yang menantang bagi pasar saham seiring dengan fenomena "Sell in May and Go Away".

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper