Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mencatat kenaikan tipis pendapatan usaha pada kuartal I/2025. Namun, rugi bersih yang dibukukan mengalami pelebaran dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Maret 2025, yang dirilis Selasa (6/5/2025), KRAS membukukan pendapatan usaha sebesar US$234,76 juta. Jumlah ini meningkat 1,28% dibandingkan capaian US$231,79 juta pada kuartal I/2024.
Kontributor utama pendapatan KRAS berasal dari produk baja yang dijual secara lokal sebesar US$176,09 juta dan US$5,61 juta disumbangkan penjualan ke luar negeri.
Namun, lonjakan beban pokok penjualan sebesar 4,70% YoY menjadi US$221,81 juta menggerus laba kotor perusahaan yang turun tajam 35,04% YoY ke US$12,95 juta.
Kondisi tersebut turut memperburuk kinerja operasional Krakatau Steel pada kuartal I/2025, dengan rugi operasi yang melonjak dari US$728.000 menjadi US$15,08 juta.
Sejalan dengan tekanan pada sisi operasional, rugi bersih KRAS bengkak menjadi US$46,91 juta atau dari rugi US$29,14 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rugi per saham juga naik dari Rp0,0012 menjadi Rp0,0019 per saham.
Baca Juga
Dari sisi neraca keuangan, total aset KRAS per akhir Maret 2025 tercatat US$2,92 miliar, naik tipis 0,82% year to date (YtD). Liabilitas turut naik 1,54% YtD menjadi US$2,50 miliar, sedangkan ekuitas turun 3,23% YtD ke angka US$421,11 juta.
Sementara itu, kas dan setara kas perusahaan pada akhir periode terkoreksi sebesar 20,71% menjadi US$77,59 juta dari US$97,85 juta pada kuartal I/2024.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, KRAS memperluas penetrasinya ke sejumlah negara guna meredam gejolak nilai tukar rupiah.
Direktur Utama Krakatau Steel Muhammad Akbar mengaku optimistis dalam menghadapi tekanan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sekaligus kebijakan tarif resiprok yang diterapkan Donald Trump.
Menurutnya, volatilitas nilai tukar merupakan bagian dari dinamika pasar global yang sudah lama dihadapi pelaku industri baja. KRAS juga disebut telah terbiasa dengan berbagai tantangan eksternal sejak perseroan mulai beroperasi.
“Fluktuasi nilai tukar dari Rp10.000, Rp12.000, Rp14.000 hingga Rp17.000 sudah menjadi hal biasa bagi pelaku industri baja, termasuk Krakatau Steel,” ujarnya dalam pertemuan dengan awak media di Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Dia memandang bahwa penerapan tarif impor sebesar 32% oleh Donald Trump kepada Indonesia tidak serta-merta menjadi ancaman signifikan bagi industri baja.
Hal itu dikarenakan kontribusi ekspor baja ke Negeri Paman Sam terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dinilai relatif kecil, yakni tidak lebih dari 18%.
Di tengah tantangan tersebut, Akbar menyatakan bahwa KRAS telah memperluas penetrasi pasar ke sejumlah negara, termasuk kawasan Asia Selatan dan Afrika. Diversifikasi pasar dinilai mampu mengurangi ketergantungan terhadap AS.
“Kami sudah melakukan ekspor ke berbagai negara, mulai dari India, Pakistan, hingga Afrika. Dalam menghadapi ketidakpastian global, fokus kami adalah efisiensi menyeluruh dan inovasi di seluruh lini,” pungkasnya.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.