Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total calon emiten dalam pipeline pencatatan sebanyak 19 perusahaan yang didominasi oleh perusahaan skala besar dan sektor konsumer.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan delapan perusahaan mencatatkan saham di BEI hingga 7 Februari 2025 dengan dana dihimpun sebesar Rp3,7 triliun.
“Hingga saat ini terdapat 19 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (8/2/2025).
Lebih terperinci, calon emiten yang akan menggelar initial public offering (IPO) itu didominasi oleh perusahaan skala besar dengan aset di atas Rp250 miliar sebanyak 18 perusahaan. Sementara itu, hanya satu perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar yang masuk dalam pipeline IPO BEI.
Berdasarkan sektornya, pipeline IPO BEI paling banyak diisi oleh calon emiten dari sektor consumer non-cyclicals sebanyak 6 perusahaan.
Selain itu, 3 perusahaan dari sektor kesehatan, 3 perusahaan dari sektor industrial, 3 perusahaan dari sektor energi, dan 2 perusahaan dari sektor Basic Materials. BEI juga mencatat ada masing-masing satu perusahaan dari sektor keuangan dan transportasi & logistik yang masuk dalam pipeline IPO.
Dalam catatan Bisnis, Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS) Muhammad Baron mengatakan bahwa rencana perseroan melakukan IPO pada akhir 2025 masih menunggu arahan dari para pemegang saham.
Dia mengatakan bahwa PIS saat ini belum bisa memberikan perincian lebih lanjut terkait rencana IPO, sebelum mendapatkan petunjuk yang lebih jelas dari para pemegang saham.
"Jadi untuk saat ini kami belum bisa memberikan detail sebelum mendapatkan arahan yang lebih jelas dari pemegang saham," katanya kepada awak media, saat acara Fortune Indonesia Summit 2025 di Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Sementara itu, aksi IPO diproyeksi akan pulih dan semakin banyak pada 2025 dengan perusahaan di berbagai sektor akan berupaya menangkap peluang dari kekuatan pasar.
EY Global IPO Leader George Chan mengatakan IPO menawarkan cara untuk meningkatkan pendanaan dan modal yang diperlukan guna mendorong pertumbuhan dan inovasi dalam menunjang transformasi bisnis.
"Setelah periode aktivitas yang lebih lambat [pada 2024], pasar IPO global mendapatkan kembali momentumnya, didukung oleh kondisi pasar yang lebih menguntungkan," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (30/1/2025).
Dia mengatakan bahwa tren IPO global dipengaruhi oleh perubahan kebijakan fiskal dan moneter, ketegangan geopolitik, dan rantai pasokan global, AI dan transformasi digital, prioritas lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang baru, serta pengaruh pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang baru di bawah Donald Trump.
Menurutnya, pasar IPO akan mencapai kinerja yang kuat pada 2025, didukung oleh lingkungan ekonomi yang optimistis, kebijakan moneter yang semakin menguntungkan, dan peningkatan tingkat likuiditas dan penilaian.