Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan harga saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), BBCA, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), hingga PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) telah membuat performa Indeks LQ45 ambles sepanjang tahun berjalan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks LQ45 terkoreksi 5,05% year to date (YtD) menuju level 784,88. Pelemahan tersebut lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 4,76% YtD menjadi 6.742,58.
Sementara itu, menukil data Bloomberg Terminal pada Sabtu (8/2/2025), sedikitnya terdapat 10 saham yang masuk ke dalam daftar pemberat atau top laggards Indeks LQ45.
Saham emiten kongsi Keluarga Panigoro dan Salim, AMMN, menempati peringkat teratas pemberat LQ45. Saham AMMN telah turun 18,88 YtD ke level Rp6.875, sehingga membebani LQ45 dengan bobot mencapai 24,16%.
Posisi berikutnya ditempati oleh saham Bank Mandiri yang terkoreksi 9,65% sepanjang tahun berjalan menjadi Rp5.150 per saham. Penurunan saham BMRI memberikan bobot sebesar 23,05% terhadap indeks.
Koreksi harga saham BCA (BBCA) turut menyumbang pelemahan LQ45. Kontribusi bank swasta terbesar di Indonesia terhadap pelemahan indeks mencapai 10,32%. Hal ini disebabkan oleh koreksi harga sebesar 3,36% YtD ke level Rp9.350 pada saham Grup Djarum tersebut.
Baca Juga
Saham TLKM serta PT Astra International Tbk. (ASII) ikut membebani indeks dengan bobot masing-masing sebesar 6,51% dan 5,29%.
Beberapa saham lain yang ikut membebani LQ45 sepanjang tahun berjalan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT United Tractors Tbk. (UNTR), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menuturkan ketidakpastian ekonomi global dan domestik, termasuk inflasi tinggi, dan suku bunga, berpotensi memengaruhi likuiditas serta daya tarik saham unggulan dalam indeks ini.
Selain itu, investor institusional mungkin melakukan penyesuaian portofolio atau rebalancing dengan mengalihkan dana dari saham-saham dalam indeks tersebut ke sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan atau lebih aman.
Felix juga menambahkan bahwa melemahnya kinerja indeks tersebut dapat mencerminkan minimnya minat jangka pendek investor terhadap saham-saham besar di dalamnya, terutama jika prospek pertumbuhan terbatas.
Mengenai potensi pemulihan, lanjutnya, saham-saham dalam indeks ini tetap berpeluang untuk bangkit dengan berbagai faktor yang dapat mendorong perbaikan, seperti stabilitas ekonomi, kinerja sektoral, hingga membaiknya sentimen pasar.
“Untuk investor, kondisi ini bisa menjadi peluang beli jika melihat potensi jangka panjang dan valuasi yang menarik,” kata Felix baru-baru ini.
Berikut 10 saham pemberat LQ45 hingga Jumat (7/2/2025):
Daftar | Kode Emiten | Harga | Kinerja YtD | Bobot |
1 | AMMN | 6.875 | -18,88% | -24,16% |
2 | BMRI | 5.150 | -9,65% | -23,05% |
3 | BBCA | 9.350 | -3,36% | -10,32% |
4 | TLKM | 2.590 | -4,43% | -6,51% |
5 | ASII | 4.650 | -5,10% | -5,29% |
6 | BBRI | 4.030 | -1,23% | -3,44% |
7 | BRPT | 815 | -11,41% | -3,12% |
8 | MBMA | 376 | -17,90% | -3,01% |
9 | UNTR | 24.800 | -7,38% | -3,01% |
10 | UNVR | 1.425 | -24,40% | -2,95% |
Sumber: Bloomberg Terminal
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.