Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel-Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata, Harga Minyak Global Stabil

Harga minyak mentah WTI naik 0,1% hari ini, setelah sempat merosot lebih dari 3% dua sesi sebelumnya. Harga minyak brent turun 0,27%.
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia terpantau stabil seiring dengan indikasi OPEC+ akan kembali menunda pemulihan sebagian produksi, yang diimbangi dengan meredanya risiko geopolitik setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (27/11/2024), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,1% ke level US$68,84 per barel setelah turun lebih dari 3% dalam dua sesi sebelumnya karena mengantisipasi sentimen gencatan senjata. Sementara itu, harga minyak mentah Brent turun 0,27% ke level US$72,81 per barel. 

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ akan bertemu akhir pekan ini, dan kemungkinan akan menunda peningkatan produksi yang direncanakan pada Januari 2025 selama beberapa bulan karena tanda-tanda kelebihan pasokan, menurut para delegasi.

Israel mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata selama 60 hari dengan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, setelah berminggu-minggu berunding yang dimediasi oleh AS. Namun, tidak lama setelah Presiden Joe Biden mengumumkan kesepakatan tersebut, kedua belah pihak terus menyerang, yang menyoroti kesulitan dalam mengamankan kesepakatan jangka panjang.

Harga minyak mentah telah terperangkap dalam kisaran yang ketat sejak awal bulan lalu, dihantam oleh sinyal bullish dan bearish yang bersaing. Ada sejumlah katalis yang dapat mendorong pergerakan pasar berikutnya—termasuk kebijakan presiden Trump kedua dan risiko geopolitik yang terkait dengan pasokan Rusia dan Iran tahun depan.

"Kami memiliki [proyeksi] harga yang cukup wajar dengan Brent antara US$70 dan US$75 per barel," ujar kepala penelitian komoditas dan karbon di Westpac Banking Corp, Robert Rennie.

Rennie menambahkan, OPEC+ sudah hampir pasti akan menyetujui memperpanjang pemotongan produksi saat ini hingga kuartal pertama 2025 mendatang. 

Sementara itu, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah AS menyusut 5,9 juta barel minggu lalu. Jumlah tersebut akan menjadi penurunan terbesar sejak Agustus 2024 jika dikonfirmasi oleh angka pemerintah pada Rabu malam waktu setempat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper