Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Baru Uni Eropa Tak Ganggu Pasokan, Harga Minyak Mentah Turun Tipis

Harga minyak turun tipis meski sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia dinilai tak mengganggu pasokan global.
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas./ Bloomberg - Luke Sharrett
Kilang minyak Motiva di Port Arthur, Texas./ Bloomberg - Luke Sharrett
Ringkasan Berita
  • Harga minyak mentah turun tipis karena investor menilai sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia tidak akan mengganggu pasokan global secara signifikan.
  • Kekhawatiran pasar terhadap potensi penurunan pasokan solar menahan pelemahan harga minyak lebih lanjut.
  • Implementasi dan pengawasan sanksi Uni Eropa terhadap produk olahan minyak Rusia yang diproses di negara ketiga dinilai akan menjadi tantangan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, LOMBOK — Harga minyak turun tipis seiring dengan penilaian investor bahwa paket sanksi terbaru Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan berdampak minim terhadap pasokan global. Namun, pelemahan harga tertahan oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi penurunan pasokan solar.

Melansir Reuters pada Selasa (22/7/2025), harga minyak jenis Brent turun 7 sen atau 0,1% menjadi US$69,21 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 14 sen atau 0,2% ke level US$67,20 per barel.

Pada Jumat (18/7/2025) pekan lalu, Uni Eropa mengesahkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia terkait invasi ke Ukraina. Paket tersebut mencakup sanksi terhadap Nayara Energy, perusahaan India yang mengekspor produk olahan dari minyak mentah Rusia.

“Pasar saat ini memperkirakan pasokan masih akan tetap mengalir ke pasar dalam bentuk apa pun. Tidak ada kekhawatiran yang terlalu besar,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, sebelumnya mengatakan bahwa Rusia telah memiliki ketahanan tertentu terhadap sanksi-sanksi Barat.

Sanksi dari Uni Eropa ini menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump pekan lalu yang menyatakan akan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara pembeli ekspor Rusia jika Moskow tidak menyepakati kesepakatan damai dalam 50 hari ke depan.

Analis ING menyebutkan, salah satu elemen sanksi yang berpotensi berdampak adalah larangan impor produk olahan dari minyak Rusia yang diproses di negara ketiga. Namun, implementasi dan pengawasan atas kebijakan tersebut dinilai akan menjadi tantangan tersendiri.

Kekhawatiran investor atas pasokan solar menjadi salah satu faktor yang menahan pelemahan harga minyak pada perdagangan Senin.

Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group menjelaskan, seiring berjalannya hari, selisih harga (crack spread) solar menguat, menandakan bahwa pasar mulai memperhitungkan risiko gangguan pasokan diesel dari sanksi terhadap Rusia.

"Ini memberikan dukungan pada harga minyak hari ini,” katanya.

Data menunjukkan bahwa premi kontrak gasoil rendah sulfur terhadap minyak Brent ditutup di level US$26,31, naik sekitar 3% dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2024.

“Kita masih punya sedikit ruang fleksibilitas untuk minyak mentah, karena barel bisa dialihkan. Tapi untuk solar, jauh lebih sulit karena pasokannya sudah ketat,” tambah Flynn.

Sementara itu, Iran—produsen minyak lain yang dikenai sanksi—dijadwalkan menggelar perundingan nuklir dengan Inggris, Prancis, dan Jerman di Istanbul pada Jumat mendatang, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran. Hal ini terjadi setelah tiga negara Eropa tersebut memperingatkan bahwa kegagalan melanjutkan negosiasi akan memicu diberlakukannya kembali sanksi internasional terhadap Teheran.

Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak yang beroperasi turun sebanyak dua unit menjadi 422 pada pekan lalu, posisi terendah sejak September 2021, menurut data Baker Hughes.

Analis StoneX, Alex Hodes menuturkan, aktivitas pengeboran minyak diperkirakan akan tetap rendah hingga akhir tahun. Namun, dia menambahkan harga saat ini masih belum cukup rendah untuk memicu penurunan besar dalam investasi sektor hulu.

Adapun tarif impor AS terhadap produk Uni Eropa dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus mendatang. Meski demikian, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan pada Minggu lalu bahwa dirinya optimistis dapat mencapai kesepakatan dagang dengan blok tersebut.

Kilduff dari Again Capital menilai bahwa kebijakan tarif AS bisa menjadi faktor negatif bagi permintaan minyak dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Namun, menurut analis pasar IG Tony Sycamore, data inventori minyak AS yang menunjukkan penurunan pasokan bisa menjadi penopang harga dalam waktu dekat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro