Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Global Lesu, Pasar Cermati Tekanan OPEC+ dan Trump

Harga minyak global turun ke level terendah dalam lima pekan akibat OPEC+ menaikkan produksi dan ancaman tarif Trump terhadap India terkait impor minyak Rusia.
Kapal tanker minyak mentah berbendera Rusia milik Rosneft, Akademik Gubkin, saat transit di Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, 28 November 2024./REUTERS-Yoruk Isik
Kapal tanker minyak mentah berbendera Rusia milik Rosneft, Akademik Gubkin, saat transit di Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, 28 November 2024./REUTERS-Yoruk Isik

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia turun ke level terendah dalam lima pekan setelah OPEC+ sepakat menaikkan produksi, sementara pasar mencermati ancaman tarif Presiden AS Donald Trump terhadap India terkait impor minyak Rusia.

Melansir Reuters pada Rabu (6/8/2025), harga minyak berjangka jenis Brent turun US$1,12 atau 1,63% ke level US$67,64 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS melemah US$1,13 atau 1,7% ke posisi US$65,16 per barel. 

Kedua harga minyak acuan tersebut menyentuh level penutupan terendah dalam lima pekan terakhir.

Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) untuk menaikkan produksi sebesar 547.000 barel per hari pada September. Keputusan ini juga mempercepat berakhirnya pemangkasan produksi yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung lebih lama.

“Lonjakan pasokan dari OPEC menjadi tekanan utama bagi pasar saat ini,” ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

Selain itu, data aktivitas sektor jasa di AS menunjukkan stagnasi pada Juli, dengan minimnya pertumbuhan pesanan dan melemahnya tenaga kerja, meski biaya input melonjak paling tinggi dalam hampir tiga tahun terakhir. Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian yang masih membayangi dunia usaha akibat kebijakan tarif pemerintahan Trump.

“Pasar kini menanti apakah India dan China akan menyepakati pengurangan signifikan atas pembelian minyak mentah Rusia, dan mencari alternatif pasokan dari negara lain,” lanjut Lipow.

Trump pada Selasa kembali mengancam akan memberlakukan tarif lebih tinggi atas produk-produk India dalam 24 jam, terkait keputusan negara tersebut tetap membeli minyak dari Rusia. Ia juga menyatakan bahwa pelemahan harga energi bisa menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang di Ukraina.

Pemerintah India menyebut ancaman tersebut tidak berdasar dan menyatakan akan melindungi kepentingan ekonominya, memperdalam ketegangan perdagangan antara kedua negara.

Menurut John Evans dari broker minyak PVM, reaksi harga minyak terhadap pernyataan Trump menunjukkan pasar masih skeptis akan terjadi gangguan pasokan dalam waktu dekat. Ia pun mempertanyakan apakah Trump bersedia mengambil risiko lonjakan harga minyak.

“Saya melihat pasar minyak saat ini cukup stabil. Kemungkinan kondisi ini akan berlanjut hingga ada kejelasan soal keputusan Presiden AS terkait Rusia dalam beberapa hari mendatang, dan bagaimana respons negara pembeli," ujar Giovanni Staunovo, analis energi di UBS.

India merupakan pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang dikirim melalui laut, dengan volume mencapai sekitar 1,75 juta barel per hari (bph) sepanjang Januari–Juni 2025, naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data sumber perdagangan yang dikutip Reuters.

Sementara itu, analis memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 600.000 barel. Data resmi dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan rilis masing-masing pada Selasa malam dan Rabu waktu setempat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro