Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Global Memanas usai Kesepakatan Dagang AS-Uni Eropa

Harga minyak global naik setelah kesepakatan dagang AS-Uni Eropa dan ancaman sanksi AS terhadap Rusia terkait Ukraina.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024./Bloomberg-Anthony Prieto
Ringkasan Berita
  • Harga minyak global naik setelah kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa serta pernyataan Presiden Trump tentang percepatan tenggat waktu bagi Rusia terkait invasi ke Ukraina.
  • Kesepakatan dagang AS-UE menetapkan tarif impor AS sebesar 15% untuk barang dari Uni Eropa dan komitmen UE untuk membeli energi dari AS senilai US$750 miliar.
  • Perundingan antara AS dan China untuk memperpanjang gencatan tarif serta kepatuhan penuh terhadap kesepakatan produksi minyak oleh OPEC+ turut mempengaruhi pasar minyak.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah global menguat seiring dengan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa serta pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mempercepat tenggat waktu bagi Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina atau menghadapi sanksi tambahan.

Melansir Reuters pada Selasa (29/7/2025), harga minyak berjangka jenis Brent naik US$1,60 atau 2,3% menjadi US$70,04 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,55 atau 2,4% ke level US$66,71 per barel.

Harga Brent sempat menyentuh level tertingginya dalam 10 hari terakhir setelah Trump mengatakan akan mempersingkat tenggat 50 hari yang sebelumnya ia berikan kepada Rusia menjadi hanya 10–12 hari terkait invasi ke Ukraina.

Analis pasar IG, Tony Sycamore, mengatakan kesepakatan dagang AS-Uni Eropa dan potensi perpanjangan gencatan tarif antara AS dan China turut mendukung penguatan pasar keuangan global dan harga minyak.

Kesepakatan dagang kerangka kerja yang diumumkan Trump pada Minggu (27/7/2025) menetapkan tarif impor AS sebesar 15% untuk sebagian besar barang dari Uni Eropa. Selain itu, UE disebut telah berkomitmen untuk membeli energi dari AS senilai US$750 miliar dalam beberapa tahun mendatang.

Analis senior Price Futures Group Phil Flynn menyebut, Eropa akan melepaskan sebagian besar pasokan energinya dari Rusia. Selain memberikan dorongan besar bagi produsen energi AS, kesepakatan tersebut juga meningkatkan tekanan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera bernegosiasi.

Sementara itu, pejabat tinggi AS dan China juga tengah melanjutkan perundingan di Stockholm pada Senin (28/7/2025), untuk memperpanjang gencatan tarif sebelum tenggat 12 Agustus mendatang.

Analis PVM, Tamas Varga, mengatakan bahwa kesepakatan AS-UE berhasil meredakan ketidakpastian pasar, dan fokus investor kini mulai kembali ke faktor-faktor fundamental. Meski demikian, penguatan dolar AS dan penurunan impor minyak dari India masih memberikan tekanan terhadap harga minyak.

Dari sisi pasokan, panel pengawas OPEC+ pada Senin menekankan pentingnya kepatuhan penuh terhadap kesepakatan produksi minyak, menjelang pertemuan delapan anggota OPEC+ pada Minggu (3/8/2025) untuk memutuskan rencana peningkatan produksi pada September.

Dalam laporan risetnya, ING memperkirakan OPEC+ — yang mencakup negara-negara anggota OPEC dan sekutunya seperti Rusia — akan menyelesaikan pemulihan penuh atas pengurangan pasokan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada akhir September.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro