Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia menguat ke level tertinggi dalam sepekan setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan konsekuensi berat jika pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin soal Ukraina gagal.
Melansir Reuters pada Jumat (15/8/2025), harga minyak berjangka jenis Brent naik US$1,21 atau 1,8% menjadi US$66,84 per barel. Sementara itu harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,31 atau 2,1% ke posisi US$63,96 per barel.
Penguatan ini membawa kedua acuan harga minyak keluar dari level jenuh jual secara teknikal untuk pertama kalinya dalam tiga hari, sekaligus mengangkat Brent ke penutupan tertinggi sejak 6 Agustus.
Pada Selasa (12/8/2025), Brent sempat ditutup di level terendah sejak 5 Juni dan WTI di posisi terendah sejak 2 Juni, tertekan data persediaan dan pasokan minyak yang bearish dari Badan Informasi Energi AS (EIA) dan Badan Energi Internasional (IEA).
Trump pada Kamis menyatakan dirinya menilai Putin siap mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina setelah Presiden Rusia itu memberi sinyal positif menjelang KTT mereka di Alaska.
Namun sehari sebelumnya, Trump mengancam akan menjatuhkan “konsekuensi berat” jika Putin tidak menyepakati perdamaian di Ukraina, tanpa memberikan rincian. Trump juga telah mewanti-wanti kemungkinan sanksi ekonomi jika pertemuan Jumat tidak menghasilkan kesepakatan.
Baca Juga
Rusia merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah AS. Setiap kesepakatan yang berpotensi melonggarkan sanksi terhadap Moskow kemungkinan akan meningkatkan pasokan minyak Rusia di pasar global.
Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif sekunder kepada pembeli minyak Rusia, terutama China dan India, jika Moskow melanjutkan perang di Ukraina.
“Ketidakpastian pembicaraan damai AS–Rusia terus memberikan premi risiko bullish mengingat pembeli minyak Rusia dapat menghadapi tekanan ekonomi lebih besar,” tulis Rystad Energy dalam catatan kepada klien.
Meski demikian, sejumlah analis masih meragukan Trump akan mengambil langkah yang dapat secara signifikan mengganggu pasokan minyak.
Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Adapun, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September juga menopang harga minyak. Mayoritas pelaku pasar meyakini langkah itu akan diambil bulan depan setelah data inflasi konsumen AS pada Juli menunjukkan kenaikan moderat.
Bank sentral seperti Federal Reserve AS menggunakan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Penurunan suku bunga dapat memangkas biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan permintaan minyak.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin mungkin dilakukan, mengingat lemahnya data ketenagakerjaan terbaru.
Namun, lonjakan inflasi produsen AS dikhawatirkan membuat sebagian pembuat kebijakan The Fed tetap waspada terhadap risiko kenaikan harga, memperkuat perdebatan soal alasan pemangkasan suku bunga bulan depan, dan menjaga ketegangan antara bank sentral AS dan Gedung Putih.
Dari Eropa, investasi minyak dan gas Norwegia diperkirakan mencapai puncaknya tahun ini dan mulai menurun pada 2026 seiring rampungnya proyek-proyek besar, menurut survei badan statistik negara tersebut.
Norwegia memproduksi sekitar 2% minyak dunia dan menjadi pemasok gas pipa terbesar di Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.