Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten-emiten dari keluarga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bergerak dinamis sepekan sebelum pembacaan Nota Keuangan dan RAPBN 2026 oleh Presiden Prabowo Subianto pada hari ini, Jumat (15/8/2025). Prospek indeks IDX BUMN20 dinilai relatif stabil pada paruh kedua tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDX BUMN20 menguat 5,29% sepekan terakhir dari 7–14 Agustus 2025 dan parkir di level 375,735. Kinerja itu sejalan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang naik 5,88% dari level 7.490,18 pada 7 Agustus 2025 ke posisi rekor tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH) 7.931,25 pada 14 Agustus 2025.
Kenaikan indeks IDX BUMN20 tersebut a.l. didukung oleh saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melejit 15,93%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 9,43%, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 3,63%.
Di tengah tren bullish ini, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai penguatan IDX BUMN20 sebatas dipengaruhi sentimen jangka pendek, sedangkan secara fundamental dinilai masih butuh waktu.
“Untuk fundamental masih perlu menunggu waktu, terutama kinerja dari sektor riil dan fundamental ekonomi domestik,” ucap Fajar saat dihubungi Bisnis pada Rabu (13/8/2025).
Dia menambahkan arah pergerakan IDX BUMN 20 akan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi domestik, tingkat keyakinan konsumen, serta kebijakan suku bunga, baik dari The Fed maupun Bank Indonesia (BI).
Managing Director Research Samuel Sekuritas, Harry Su, menjelaskan bahwa naiknya saham-saham perbankan BUMN lebih dipengaruhi oleh valuasi yang terdiskon.
“Lonjakan tersebut didorong oleh saham perbankan BUMN berkapitalisasi besar, seperti BBRI, BMRI, dan BBNI, yang sebelumnya mengalami tekanan. Namun, belum ada katalis fundamental besar,” katanya.
Harry menekankan, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berpotensi menjadi pendorong sentimen positif bagi emiten pelat merah, terutama jika realisasi investasi dan proyeknya jelas. Selain itu, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang kemungkinan diikuti Bank Indonesia (BI), juga dipandang sebagai faktor krusial yang dapat menular ke saham perbankan berkapitalisasi besar.
“Danantara dapat menjadi sentimen positif jika realisasi investasi dan proyeknya jelas, karena akan meningkatkan persepsi pasar terhadap prospek BUMN penerima manfaat. Arah suku bunga BI menjadi faktor krusial bagi saham perbankan,” ujar Harry.
Di tengah technical rebound IDX BUMN20, Harry merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM). Kenaikan harga paket perdana dan penawaran paket yang lebih terjangkau menjadi katalis bagi TLKM, sedangkan tingginya harga emas dinilai akan mendukung kinerja Antam pada paruh kedua 2025.
Sementara itu, Investment Analyst Capital Asset Management, Martin Aditya, menambahkan bahwa perbaikan kinerja IDX BUMN20 dipengaruhi dua faktor. Pada saham berkapitalisasi besar, ekspektasi pemulihan kinerja fundamental dan kemungkinan pemangkasan suku bunga BI serta The Fed menjadi katalis utama.
Sebaliknya, kenaikan saham berkapitalisasi kecil lebih banyak dipicu oleh technical rebound, contohnya di industri semen dan infrastruktur yang tersentuh rencana merger BUMN konstruksi oleh Danantara.
“Saya belum lihat ada action yang signifikan terkait realisasi belanja pemerintah dan aksinya Danantara. Kalau suku bunga ya jelas ada [pengaruh], apalagi minggu depan kan ada Rapat Dewan Gubernur BI,” kata Martin.
Diaa merekomendasikan saham perbankan besar seperti BMRI, BBRI, BBNI, hingga BBSI, serta saham Telkom karena sifatnya defensif.
“Orang kan enggak mungkin untuk enggak beli kuota atau pulsa, atau bahkan enggak langganan wifi,” ujarnya.
Meski begitu, baik Harry maupun Martin memperingatkan potensi koreksi masih terbuka. Faktor risiko termasuk perlambatan ekonomi global, gejolak emerging market, dan hasil kuartal III/2025 yang belum pulih, yang berisiko memicu arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia.
“Dan tentunya hasil kuartal III/2025 yang belum pulih, dapat menyebabkan dana asing keluar lagi dari pasar saham Indonesia,” kata Harry.
Terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menuturkan laju IDX BUMN20 dipengaruhi oleh sentimen makro ekonomi yang relatif kondusif baik secara global maupun domestik.
Dia menyebutkan bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Indonesia sama-sama mampu menghindari resesi teknikal. Hal ini tecermin dari ekonomi keduanya yang tumbuh secara kuartalan (Quarter on Quarter/QoQ).
“Kondisi tersebut memberikan perlindungan risiko bagi pelaku pasar dan emiten,” kata Nafan kepada Bisnis.
Di samping itu, kebijakan moneter global juga berpotensi mendorong pertumbuhan IDX BUMN20 lebih lanjut. Pasalnya, The Fed diperkirakan melonggarkan kembali kebijakannya sebanyak dua kali pada paruh kedua.
Ekspektasi tersebut memberikan angin segar sebab BI berpeluang mengikuti langkah The Fed dengan potensi penurunan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 hingga 50 basis poin pada semester II/2025.
Dengan didukung sentimen yang ada, Nafan menilai kinerja emiten IDX BUMN20 berpotensi membaik pada sisa tahun ini. Apalagi, perusahaan pelat merah juga berpeluang meraih katalis tambahan dari program pemerintah.
“Program pemerintah seperti lima paket stimulus kemudian ditambah dengan kebijakan moneter BI yakni penurunan giro wajib minimum [GWM] juga berpotensi mendorong likuiditas perbankan,” pungkas Nafan.
Untuk saham BUMN, Nafan merekomendasikan beli saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan target harga menengah di Rp3.320.
Rekomendasi beli juga disematkan kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan target harga jangka panjang mencapai Rp4.730, lalu target saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) di level Rp7.175, dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) diestimasikan tembus Rp5.000.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.