Bisnis.com, JAKARTA – Berita pilihan Bisnis Indonesia Premium edisi Kamis (14/8/2025) mulai dari pengurangan karyawan Pizza Hut, KFC, dan Starbucks hingga penopang kinerja Astra (ASII).
1. Pengurangan Karyawan di Balik Kinerja Emiten Pengelola Pizza Hut, KFC, dan Starbucks
Pengurangan karyawan mewarnai kinerja emiten pengelola Pizza Hut, KFC, dan Starbucks pada semester I/2025. Bukan hanya itu, beberapa di antaranya juga menyesuaikan jumlah gerai.
Di pasar modal, Pizza Hut dikelola PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA), KFC adalah PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), dan Starbucks oleh PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB).
2. Pemulihan Sido Muncul (SIDO) dari Rapor yang Masuk Angin
Kinerja masuk angin emiten produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) diproyeksi akan mereda pada sisa tahun ini.
SIDO sebelumnya mencatatkan penurunan kinerja sepanjang paruh pertama tahun ini. Berdasarkan kinerja semester I/2025, pendapatan SIDO susut 3,5% year on year (YoY) menjadi Rp1,83 triliun.
Bos Djarum menilai strategi keberlangsungan bisnis keluarga, mulai dari pola sederhana ala warung Soto Kudus Pak Denuh hingga pendekatan ala raksasa teknologi Grup Samsung, dapat memberikan sudut pandang yang kaya tentang bagaimana warisan usaha dapat bertahan lintas generasi.
Membicarakan strategi bisnis keluarga antara warung soto Pak Denuh di Kudus dan Grup Samsung di Korea Selatan menawarkan sudut pandang kontras namun sama-sama relevan.
4. Proyeksi Laba Bersih Bank Jumbo, BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI Tahun 2025-2027
BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI diproyeksi menutup tahun 2025—2027 dengan laba bersih tebal, bahkan kian dekat ke Rp70 triliun.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (13/8/2025), bank jumbo, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri(Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) diproyeksi membukukan laba bersih tebal secara tahunan.
5. Penopang Astra (ASII) Ketika Otomotif Lesu
Saham PT Astra International Tbk. (ASII) menguat 3,71% pada penutupan pasar Rabu (13/8) ke Rp5.175 per saham. Dengan harga itu, saham ASII telah naik 4,55% secara year to date (YtD).
Menariknya, gerak saham ASII itu terjadi ketika penjualan otomotif masih lesu. Lantas apa saja faktor pendorong saham ASII ke depan?