Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all-time high (ATH) pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (14/8/2025).
Berdasarkan data RTI Infokom, indeks komposit tumbuh 0,93% menuju level 7.965,98 hingga pukul 12.00 WIB. Capaian ini melewati level resistance tertinggi sepanjang masa yakni 7.910 pada 19 September 2024.
Kenaikan indeks didorong oleh penguatan saham dengan kapitalisasi besar, seperti saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) yang naik 10%, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) mencatat pertumbuhan sebesar 5,06%, dan saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) bertumbuh 5,04%.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa secara teknikal, IHSG diperkirakan terus menguat dalam pola expanding diagonal. Indikator Stochastics K_D dan RSI juga menunjukkan sinyal positif, didukung peningkatan volume transaksi.
Nafan memperkirakan level support indeks komposit pada hari ini berada di 7.823 dan 7.735, sedangkan resistance di level 7.912 dan 7.967.
“Aksi yang dapat dilakukan adalah akumulasi saham-saham berprospek solid, realisasi keuntungan jika diperlukan, serta memanfaatkan manajemen risiko secara efektif,” ujarnya dalam publikasi riset harian.
Baca Juga
Dari eksternal, peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada September 2025 semakin terbuka. Probabilitas pemangkasan sebesar 25 basis poin disebut telah mendekati 95%, seiring inflasi AS yang stabil di level rendah.
“Pada minggu depan, pasar akan mencermati pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga, di Simposium Ekonomi Jackson Hole,” kata Nafan.
Selain itu, pasar global turut mendapat dorongan dari meredanya sentimen tarif impor era Trump serta tensi geopolitik. Pertemuan Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8) diharapkan mampu meredam eskalasi perang Rusia–Ukraina maupun perang tarif AS–Rusia.
Dari dalam negeri, stabilitas perekonomian diharapkan mampu mendorong aliran modal asing. Akselerasi belanja pemerintah dan stimulus ekonomi juga dinilai membuat kondisi makro semakin kondusif pada semester II/2025.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.