Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah melemah lebih dari 1% pada Rabu (13/8/2025) setelah stok minyak mentah AS naik di luar perkiraan, di tengah pasar yang menunggu pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska.
Melansir Reuters pada Kamis (14/8/2025) harga minyak berjangka jenis Brent melemah 88 sen atau 1,3% menjadi US$65,24 per barel. Sementara itu, harga minyak berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) AS turun 96 sen atau 1,5% ke US$62,21 per barel.
Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok minyak mentah AS naik 3 juta barel menjadi 426,7 juta barel. Angka ini berlawanan dengan perkiraan survei Reuters yang memproyeksikan penurunan 275.000 barel.
EIA juga mencatat impor minyak mentah bersih AS naik 699.000 barel per hari pekan lalu.
“Ekspor minyak mentah tetap di bawah rata-rata karena tekanan tarif, dan jika terus rendah bisa menekan harga,” ujar John Kilduff, Partner Again Capital di New York.
Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu menaikkan proyeksi pertumbuhan pasokan minyak tahun ini, namun memangkas perkiraan permintaan.
Baca Juga
Trump dijadwalkan bertemu Putin di Alaska pada Jumat untuk membahas akhir perang Rusia-Ukraina yang telah mengguncang pasar minyak sejak Februari 2022.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan sanksi atau tarif sekunder dapat ditingkatkan jika pertemuan tidak berjalan baik, sambil menyerukan para pemimpin Eropa untuk turut memanfaatkan tekanan sanksi.
“Dia akan menegaskan kepada Presiden Putin bahwa semua opsi ada di meja,” kata Bessent.
Sementara itu, dalam laporan bulanan pada Selasa, OPEC+ menaikkan proyeksi permintaan minyak global tahun depan dan memangkas estimasi pertumbuhan pasokan dari AS serta produsen non-OPEC lainnya, yang mengindikasikan pasar lebih ketat.
Analis energi independen Gaurav Sharma, jika melihat proyeksi pertumbuhan permintaan minyak 2025 versi IEA dan OPEC di kisaran terendah dan tertinggi mereka, bahkan angka moderat sedikit di atas 1 juta barel per hari masih dapat dipenuhi pasokan non-OPEC saat ini.
“Jadi, saya tidak melihat alasan bullish untuk harga minyak dalam jangka pendek,” tambahnya.