Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ruang Gerak Indocement (INTP) Usai Margin Laba Makin Tebal Semester I/2025

INTP mencatat kenaikan margin laba bruto menjadi 29,2% pada semester I/2025. Di sisi lain, laba bersih INTP naik 13,8% YoY.
indocement, intp
indocement, intp

Bisnis.com, JAKARTA — PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) membukukan penguatan margin laba bruto sepanjang periode Januari-Juni 2025 di tengah lesunya permintaan semen domestik yang berlanjut. 

Pada semester I/2025, perseroan mencatat margin laba bruto sebesar 29,2% atau meningkat dari 28,3% pada periode sama tahun lalu. Kenaikan ini pun mencerminkan kemampuan perseroan dalam mengendalikan beban. 

INTP melaporkan total volume penjualan semen dan klinker sebesar 8,89 juta ton, turun 1,6% year on year (YoY). Secara terperinci, volume domestik terkoreksi 2,4% menjadi 8,65 juta ton, sedangkan ekspor melonjak 45,8% menjadi 237.000 ton. Adapun, pangsa pasar domestik stabil di level 29,5%. 

Sementara itu, data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan pasar semen nasional koreksi sebesar 3,1% pada semester I/2025. Hasil negatif diakibatkan oleh pelemahan segmen curah yang terkontraksi 10,2% karena perlambatan proyek IKN Nusantara dan pemangkasan anggaran infrastruktur.

Lesunya industri semen nasional membuat INTP mencatatkan pendapatan sebesar Rp8,03 triliun, turun 1,1% YoY pada semester I/2025. Meski demikian, emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 1989 ini mampu memangkas beban pokok sebesar 2,3% secara tahunan menjadi Rp5,69 triliun. 

“Hal tersebut menghasilkan margin laba bruto sebesar 29,2%, lebih tinggi dibandingkan dengan 28,3% pada periode sama tahun lalu,” ujar Corporate Secretary Indocement Dani Handajani, dalam keterangan resminya. 

INTP lantas membukukan laba bersih sebesar Rp494,8 miliar atau tumbuh 13,8% YoY. Kenaikan laba bersih ditopang efisiensi biaya dan lonjakan pendapatan bunga yang mencapai 109% secara tahunan. Sejalan dengan hal ini, laba per saham perseroan naik dari Rp126,92 ke Rp147,69 per saham.

Dari sisi neraca keuangan, Indocement menggenggam total aset sebesar Rp29,11 triliun hingga akhir Juni 2025. Pada saat yang sama, total liabilitas mencapai Rp7,37 triliun, sementara ekuitas sebesar Rp21,74 triliun. Adapun posisi kas bersih perseroan tercatat di angka Rp3,4 triliun.

Dani menuturkan bahwa perseroan memproyeksikan volume penjualan domestik tahun ini akan stagnan. Namun, INTP optimistis permintaan akan membaik pada paruh kedua karena didorong oleh cuaca kering, hari libur yang lebih sedikit, serta peningkatan belanja konstruksi jelang akhir tahun. 

“Kami merevisi proyeksi menjadi volume semen domestik yang stagnan untuk tahun 2025. Kami terus memantau tren pasar dengan fokus kuat pada efisiensi biaya dan peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif,” kata Dani. 

Adapun, penggunaan bahan bakar alternatif telah dilakukan di Pabrik Grobogan untuk menambah kapasitas pengumpan biomassa dari 10 ton per hour (tph) menjadi 40 tph, yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2025.

Ruang Gerak Saham INTP 

Di tengah kinerja keuangan paruh pertama, analis CGS International Sekuritas Indonesia Bob Setiadi menilai saham INTP cukup positif dengan proyeksi dan target harga berbasis discounted cash flow (DCF) Rp7.700 per saham. 

CGS International mempertahankan peringkat add lantaran kinerja keuangan INTP tetap konsisten dan potensi free cash flow (FCF) yang kuat pada 2025–2027.

Bob menyatakan pasar belum menghargai potensi kas bersih perseroan yang diperkirakan mencapai Rp2,1 triliun–Rp2,5 triliun per tahun. Kondisi ini dinilai membuka ruang bagi rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi. 

Meski demikian, INTP bukannya tanpa tantangan. Menurut Bob, risiko penurunan peringkat bakal dipengaruhi oleh persaingan ketat di Jawa Barat dan tertundanya realisasi sinergi setelah akuisisi Semen Grobogan. 

“Sementara itu, potensi re-rating mencakup penurunan harga batu bara, berkurangnya pasokan semen domestik, dan kenaikan volume penjualan dalam negeri,” ujarnya dalam publikasi riset terbaru. 

Dalam riset terpisah, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga juga merekomendasikan beli INTP dengan target Rp6.500 per saham. Target ini setara dengan perbandingan nilai perusahaan terhadap EBITDA 12 bulan ke depan sebesar 5,43 kali pada 2025 dan 4,79 kali di 2026. 

Menurut Aditya, permintaan semen nasional akan melonjak pada paruh kedua, sejalan dengan pola musiman historis perseroan yang konsisten mencatat pertumbuhan volume lebih dari 30% half on half selama kuartal III dan IV. 

“Faktor pendorong utama mencakup kondisi cuaca yang lebih kering dan percepatan belanja fiskal pemerintah yang dapat mempercepat aktivitas infrastruktur,” pungkas Aditya melalui risetnya.

Di sisi lain, dari segi biaya, dia menilai langkah INTP untuk mendorong penggunaan bahan bakar alternatif bakal menopang perbaikan margin dengan menurunkan biaya pokok pendapatan secara bertahap. 

Adapun risiko penurunan meliputi lemahnya daya beli secara berkepanjangan, serta penundaan atau pemangkasan eksekusi proyek infrastruktur.

Ruang Gerak Indocement (INTP) Usai Margin Laba Makin Tebal Semester I/2025
 

JP Morgan turut menjadikan INTP sebagai saham pilihan di sektor semen. Hal ini dikarenakan perseroan mampu mengendalikan biaya sehingga mendorong perolehan laba bersih yang lebih kuat pada semester I/2025. 

“INTP tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai proyeksi kami untuk laba bersih setahun penuh sebesar Rp2 triliun,” tulis riset JP Morgan.

Dari lantai bursa, harga saham INTP kini berada di level Rp6.450 per saham hingga perdagangan Rabu (13/8/2025). Banderol ini mencerminkan penurunan sebesar 12,84% year to date, tetapi menguat 22,86% dalam 3 bulan terakhir. 

Mayoritas analis dari meja konsensus juga mempertahankan pandangan positif. Sebanyak 21 dari 28 analis merekomendasikan beli INTP dengan rerata target harga di level Rp6.727 dalam 12 bulan ke depan dan estimasi target harga tertinggi mencapai Rp8.600 per saham.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro