Bisnis.com, JAKARTA — PT Blue Bird Tbk. masuk ke lini usaha baru sebagai salah satu strategi perseroan untuk mengerek kinerja keuangan di tengah pandemi Covid-19.
Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene menjelaskan bahwa terdapat beberapa strategi yang dilakukan perseroan untuk mengerek kinerja keuangan. Salah satunya dengan masuk ke bisnis baru.
Michael mengungkapkan emiten berkode saham BIRD itu masuk ke bisnis logistik baik ritel maupun business to business (B2B). Investasi menurutnya juga tetap dilakukan di sisi teknologi sesuai kebutuhan perseroan.
“Kami juga sudah mulai mengimplementasikan QR Code di dalam taksi dengan menggunakan QRIS sehingga memudahkan customer dalam melakukan pembayaran,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (28/7/2020).
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2020, Blue Bird mengantongi pendapatan Rp1,15 triliun per 30 Juni 2020. Realisasi itu turun 39,87 persen dari Rp1,91 triliun pada semester I/2019.
Penurunan pendapatan itu sejalan dengan tergerusnya pendapatan dari segmen bisnis taksi perseroan. Nilai yang dikantongi turun 43,00 persen dari Rp1,51 triliun pada 30 Juni 2019 menjadi Rp864,76 miliar per akhir Semester I/2020.
Baca Juga
Segmen nontaksi perseroan juga mengalami penurunan. Pendapatan dari lini itu tergerus 27,73 persen menjadi Rp289,45 miliar per akhir semester I/2020.
Di sisi lain, beban langsung perseroan turun 31,71 persen menjadi Rp946,27 miliar per 30 Juni 2020. Dengan demikian, BIRD mengantongi penurunan laba bruto 61,24 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp205,08 miliar pada akhir semester I/2020.
Sementara itu, beban usaha perseroan turun tipis 5,59 persen menjadi Rp312,58 miliar per 30 Juni 2020. Kondisi itu membuat BIRD harus membukukan rugi usaha Rp107,49 miliar pada semester I/2020 atau berbalik dari laba usaha Rp198,08 periode yang sama tahun lalu.
BIRD membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp93,67 miliar pada semester I/2020. Pencapaian itu berbanding terbalik dari laba bersih Rp158,37 miliar periode yang sama tahun lalu.
Michael menjelaskan bahwa kinerja semester I/2020 terdampak pandemi Covid-19. Hal itu terutama kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Tentunya menurunkan mobilitas masyarakat yang berdampak juga kepada performance kami,” jelasnya.
Kendati demikian, Michael mengungkapkan April 2020 menjadi posisi terendah secara bulanan. Posisi pendapatan menurutnya sudah mulai tumbuh secara bulanan pada Mei 2020 serta Juni 2020 meski belum kembali ke posisi Januari 2020—Februari 2020.
“Kalau kami lihat tren pertumbuhan bulan per bulan ini masih cukup kuat sehingga kami yakin kami sudah dalam recovery trajectory yang solid,” ujarnya.
Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai dimulainya aktivitas ekonomi belum akan memulihkan kinerja keuangan BIRD pada semester II/2020. Pasalnya, sebagian besar masyarakat masih bekerja dari rumah.
“Kalau lihat dari tingkat congestion di kota-kota besar tidak terlalu tinggi. Secara umum, Covid-19 membuat aktivitas perekonomian individu masih terbatas,” jelasnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham BIRD menguat 20 poin atau 1,79 persen ke level Rp1.140 akhir sesi Selasa (28/7/2020). Secara year to date (ytd), pergerakan harga saham telah terkoreksi 55,42 persen.