Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berhasil melakukan debut perdana di pasar modal internasional dengan menerbitkan obligasi global (global bond) senilai US$1 miliar untuk jangka waktu 5 tahun.
Obligasi dalam skema Reg S/144A (Obligasi) tersebut menjadi yang terbesar yang diterbitkan korporasi Indonesia sejak 2022.
Dannif Danusaputro, Direktur Keuangan dan Investasi PHE, menyebut bahwa obligasi yang ditawarkan dengan harga par atau sama dengan nilai nominalnya dan memiliki tingkat kupon sebesar 5,25%.
Obligasi tersebut, imbuhnya, mendapatkan peringkat Baa2 dari Moody’s Investor Service dan BBB dari Fitch Ratings.
“Respons positif dari investor global mencerminkan kepercayaan mereka terhadap kinerja operasional dan keuangan PHE serta peran strategis kami dalam mendukung ketahanan energi nasional,” kata Dannif dalam keterangannya, Sabtu (17/5/2025).
Adapun, dana yang diperoleh dari penerbitan global bond tersebut akan digunakan untuk keperluan umum Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) itu, termasuk pelunasan pinjaman yang akan jatuh tempo dan memperkuat belanja modal (capex).
Baca Juga
Sebagai gambaran, setelah meluncurkan Program Global Medium-Term Note (GMTN) pada awal Mei 2025, PHE melakukan serangkaian kegiatan investor meeting secara intensif.
Dalam kegiatan ini, PHE bertemu dengan lebih dari 100 investor dari Asia, Amerika, dan Eropa secara online.
Selama kegiatan tersebut, investor menaruh perhatian besar terhadap kebijakan dan strategi Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan. “Kami berkomitmen untuk tetap menjalankan operasi yang bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan aspek ESG, sejalan dengan tujuan kami untuk menciptakan nilai berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan,” ujar Dannif.
Tak heran jika penerbitan obligasi perdana, yang menjadi bagian dari GMTN, mendapat respons yang sangat positif dari investor global, dengan jumlah permintaan akhir mencapai lebih dari US$2,4 miliar, atau mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 2,4 kali dari jumlah yang ditawarkan.
Obligasi ini diserap oleh 142 investor global, dengan perincian sebanyak 43% obligasi diserap oleh investor Asia, 30% investor Amerika Serikat, dan 27% investor di kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA).
Berdasarkan jenis investor, alokasi obligasi adalah 78% kepada manajer aset (fund manager), 10% kepada perusahaan asuransi/dana pensiun, 5% kepada dana investasi negara/bank sentral/lembaga resmi, 4% kepada bank, dan 3% kepada bank swasta/jenis lainnya.
Obligasi ini dijadwalkan akan selesai pada 21 Mei 2025 dan direncanakan untuk dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Dalam transaksi ini, Citigroup, Deutsche Bank, HSBC, Mandiri Securities, dan MUFG bertindak sebagai Joint Bookrunners.
Adapun, hingga akhir 2024 PHE mencatat total aset US$30,43 miliar, dengan total liabilitasnya sebesar US$15,32 miliar dan total ekuitas perseroan US$15,1 miliar.
Dalam 3 tahun terakhir, EBITDA Pertamina Hulu Energi tercatat sebesar US$10,42 miliar pada 2022, US$8,73 miliar pada 2023, dan US$7,6 miliar pada 2024.
EBITDA itu diperoleh dari pendapatan PHE yang dalam periode 2022—2024 secara berturut-turut tercatat sebesar US$16,18 miliar, US$14,56 miliar, dan US$14,33 miliar.
Berdasarkan catatan Bisnis, PHE membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 7,19% pada 2025 dari realisasi US$12,79 miliar sepanjang tahun buku 2024.
“Pendapatan, gambarannya kami dapat US$12,79 miliar pada 2024 dan 2025 kami punya target US$13,71 miliar,” kata Direktur Utama PHE Chalid Said Salim saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Chalid menambahkan Pertamina Hulu Energi memproyeksikan WAP untuk minyak mentah pada periode 2025 berada di level US$84,16 per barel. Sementara itu, WAP untuk gas dikoreksi susut 9,8% ke level US$6,75 per Mscfd.
Pada tahun ini, PHE berencana mengerek produksi minyak 4% ke level 416 Mbopd dan gas 3% ke level 2.536 MMscfd.