Arah Gerak Saham Peritel
Di sisi lain, gerak saham emiten peritel sejauh ini masih lesu. Harga saham ACES misalnya turun 40,25% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level Rp472 per lembar pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (15/8/2025).
Kemudian, harga saham MAPI turun 3,55% ytd ke level Rp1.360 per lembar pada perdagangan terakhirnya. Lalu, harga saham AMRT turun 20,7% ytd ke level Rp2.260 per lembar pada perdagangan terakhirnya.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja saham dan bisnis emiten peritel masih menghadapi tantangan daya beli masyarakat yang secara umum masih lesu.
Meskipun, ke depan menurutnya saham emiten peritel akan terdorong oleh kondisi makro yang secara perlahan membaik. Data retail sales index misalnya konsisten menunjukkan angka optimistis di atas 200.
"Ada ekspansi juga yang memberikan pengalaman ke konsumen agar industri ritel jadi lebih atraktif. Apalagi sektor ritel secara umum, baik bottom line dan top line masih bertumbuh," kata Nafan kepada Bisnis pada Senin (18/8/2025).
Belum lagi menurutnya pertumbuhan ekonomi nasional masih bertumbuh di atas ekspektasi. Diharapkan konsumsi domestik juga akan menunjukkan kinerja pertumbuhan yang solid.
Di sektor peritel, Nafan merekomendasikan add untuk MAPI dan AMRT dengan target harga masing-masing di level Rp1.440 per lembar serta Rp2.800 per lembar.
Sebelumnya, Research Analyst MNC Sekuritas Catherine Florencia M. juga menilai gerak saham dan kinerja bisnis emiten peritel dipengaruhi oleh kondisi daya beli masyarakat yang lemah pada paruh pertama 2025. Indeks kepercayaan konsumen masih melemah pada semester I/2025 didorong oleh persepsi yang lebih lemah terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi masa depan.
Di sisi lain, menurutnya memasuki paruh kedua 2025, emiten peritel mendapatkan suntikan tenaga dari sejumlah sentimen.
"Katalis utama seperti gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil, subsidi upah [BSU], dan libur sekolah dapat meningkatkan permintaan," kata Catherine dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.
Meski begitu, emiten peritel masih menghadapi tantangan, di mana pemulihan sektoral agregat pada paruh kedua 2025 masih dibayangi oleh masalah struktural termasuk PHK massal, daya beli yang lemah, risiko tarif impor, dan penerapan pajak untuk penjualan e-commerce.
"Selain itu, meningkatnya ketegangan global dan tarif impor yang membayangi pada barang-barang konsumen [termasuk sandal jepit, pakaian] yang dapat semakin menekan margin," tulis Catherine dalam risetnya.
Sebelumnya, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo W. menilai saham peritel seperti ACES masih akan menghadapi tantangan global dan domestik yang berkelanjutan, terutama lemahnya keyakinan konsumen.
Tantangan lainnya adalah melemahnya daya beli konsumen, persaingan pasar yang ketat, dan peningkatan biaya operasional.