Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan batu bara oleh PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) kepada PT PLN (Persero) dalam lima tahun terakhir mencatatkan lonjakan.
Berdasarkan laporan keuangan PTBA dalam lima tahun terakhir, PLN menjadi pelanggan yang memiliki transaksi pendapatan lebih dari 10% dari total pemasukan perseroan.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan pada Senin, (18/8/2025), pada kuartal II/2020, jumlah pendapatan PTBA dari penjualan yang diborong PLN tercatat sebesar Rp2,70 triliun. Angka ini kemudian terkoreksi 6,18% year on year (YoY) menjadi Rp2,53 triliun pada periode kuartal II/2021.
Sempat terkoreksi, pendapatan PTBA dari penjualan batu bara ke PLN pada kuartal II/2022 melonjak 50,98% YoY menjadi Rp3,83 triliun. Penjualan ini mendorong pendapatan penjualan batu bara PTBA secara keseluruhan hingga 78,98% YoY menjadi Rp18,18 triliun.
Pertumbuhan berlanjut pada kuartal II/2023. Total pendapatan penjualan batu bara ke PLN tumbuh 14,14% menjadi Rp4,36 triliun. Sebaliknya, pendapatan yang diraup dari penjualan batu bara ke MIND ID terpangkas 1,73% YoY menjadi Rp2,23 triliun.
Pada kuartal II/2023 ini, pertumbuhan pendapatan penjualan batu bara ke PLN lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan dari penjualan batu bara secara total yang hanya naik 2,26% menjadi Rp18,59 triliun.
Baca Juga
Pasokan batu bara PTBA ke PLN kembali melejit. Pendapatan penjualan batu bara ke perusahaan listrik negara pada kuartal II/2024 melesat 49,67% YoY menjadi Rp6,53 triliun. Sedangkan penjualan ke MIND ID terpangkas kembali 18,11% YoY menjadi hanya Rp1,83 triliun.
Tren tiga bulan pertama 2023 juga terulang. Pertumbuhan pendapatan penjualan batu bara PTBA secara total hanya tumbuh 4,29% YoY menjadi Rp19,39 triliun.
Berdasarkan laporan terbaru, pendapatan penjualan batu bara ke PLN dalam kuartal II/2025 tumbuh 3,79% menjadi Rp6,78 triliun. Sebaliknya, penjualan ke MIND ID semakin terpangkas 12,69% YoY dengan nominal sebesar Rp1,59 triliun.
Kali ini, pertumbuhan pendapatan penjualan batu bara PTBA secara total lebih tinggi, yakni naik 3,69% YoY dengan nominal mencapai Rp20,10 triliun.
Seperti diketahui, PLN sedang membidik bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 34,3% pada 2034, sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Hingga semester I/2025, realisasinya baru 14,1%.
Meski demikian, tren konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik PLN masih menunjukkan lonjakan cukup permintaan, yaitu 66,16 juta ton pada 2020 dan meningkat menjadi 69,22 juta ton pada 2023. Dari besarnya jumlah yang diserap PLN, salah satunya dipasok dari penjualan batu bara oleh PTBA.
Sebelumnya, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memperkirakan PTBA akan menjadi salah satu perusahaan yang diuntungkan dari RUPTL PLN terbaru, karena penjualan batu bara perseroan cenderung mengarah pada pasar domestik.
”Karena PTBA kan lebih mengandalkan pada penjualan domestik jika dibandingkan dengan Alamtri atau Agro Group yang memang lebih menitikberatkan kepada ekspor,” kata Nafan, Selasa (27/5/2025).
Namun, tantangan tengah menunggu PTBA. pada Jumat (15/8/2025) lalu Presiden Prabowo dalam pembacaan Nota Keuangan APBN 2026 dengan ambisius meminta bauran EBT kelistrikan dapat mencapai 100% dalam 10 tahun ke depan. Ini artinya, PLN perlu mencari energi baru untuk menggantikan batu bara.
Menanggapi pernyataan Prabowo tersebut, Nafan mengatakan emiten-emiten batu bara perlu untuk melakukan diversifikasi bisnisnya.
"Kalau yang ditanamkan Pak Prabowo, Pak Prabowo kan menargetkan bauran listrik 100% EBT dalam 10 tahun ke depan. Jadi masih ada waktu. Belum lagi permintaan batu bara masih relatif stagnan, jadi mau tidak mau emiten harus berkomitmen penuh dalam diversifikasi bisnis ke sektor EBT," kata Nafan pada Senin (18/8/2025).