Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dalam penutupan perdagangan hari ini, Selasa (12/8/2025).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.05 WIB, rupiah terkontraksi 0,06% menjadi Rp16.289,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami penurunan 0,07% di level 98,45.
Senasib dengan rupiah, beberapa mata uang negara Asia yang turun antara lain adalah yen Jepang yang melemah 0,09%, dolar Taiwan terkoreksi 0,27%, peso Filipina turun 0,04%, dan yuan Tiongkok koreksi 0,01%.
Sebaliknya, mata uang negara Asia yang menguat terhadap dolar AS antara lain adalah dolar Singapura yang menguat 0,10%, won Korea Selatan naik 0,18%, rupee India naik 0,05%, ringgit Malaysia menguat 0,05%, dan baht Thailand yang naik 0,09%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. Pertama, keputusan AS dan Tiongkok yang memperpanjang gencatan perjanjian tarif mereka pada hari Senin selama 90 hari lagi. Hal ini mencegah bea masuk yang tajam yang dapat mengganggu perdagangan.
"Perjanjian ini mempertahankan tarif AS 30% dan Tiongkok 10% yang berlaku saat ini dan memberi waktu untuk negosiasi lebih lanjut, yang memberikan dorongan bagi sentimen investor di seluruh kawasan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025).
Kedua, perkembangan perundingan antara AS dan Rusia yang membahas kelanjutan konflik Ukraina. Pertemuan itu terjadi setelah Trump mengancam akan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat terhadap industri minyak Rusia, mengancam tarif perdagangan yang tinggi terhadap India dan China sebagai pembeli minyak terbesar Moskow.
Ketiga, pengenaan tarif tinggi AS terhadap India dan Tiongkok dapat berdampak pada pasokan minyak global terhambat.
Sementara itu, sentimen dari domestik yang mempengaruhi pergerakan rupiah antara lain proyeksi Bank Indonesia bahwa kinerja penjualan eceran meningkat pada Juli 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2025 diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 4,8% year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 222,5.
Pada Juni 2025, IPR tercatat sebesar 231,9 atau secara tahunan tumbuh sebesar 1,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Mei 2025 sebesar 1,9% (yoy).
Sedangkan secara bulanan, diperkirakan penjualan eceran pada Juli 2025 akan mengalami pelemahan sebesar 4,0% (mtm), dipengaruhi oleh penurunan penjualan kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta makanan, minuman, dan tembakau.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan esok hari akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS.
"Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.280 sampai Rp16.330," pungkasnya.