Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rotasi Sektor Pasar Modal 2025: Teknologi Melesat Lampaui Saham Energi

Pasar modal Indonesia 2025: Sektor teknologi melonjak 120,84% YtD, melampaui energi yang tumbuh 12,82%. Rotasi sektor dipengaruhi kebijakan dan preferensi investor.
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Investor mengamati layar pergerakan data saham di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Sektor teknologi di pasar modal Indonesia melonjak 120,84% year to date pada 2025, didorong oleh kebijakan, aliran modal, dan perubahan preferensi risiko investor.
  • Sektor energi yang sebelumnya unggul kini tertinggal dengan pertumbuhan 12,82% YtD, sementara sektor konsumer dan finansial terhambat oleh valuasi tinggi dan tekanan daya beli.
  • Strategi alokasi aset yang disarankan adalah kombinasi core-satellite, dengan fokus pada diversifikasi antarsektor dan emiten berfundamental kuat untuk menghadapi rotasi sektor di kuartal IV/2025.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia mencatat kinerja yang cukup kontras secara sektoral pada 2025. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 7,43% sejak awal tahun, kenaikan ini terjadi secara tak merata. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor teknologi melonjak hingga 120,84% year to date (YtD) hingga akhir perdagangan Senin (11/8/2025). Kenaikan tersebut disusul sektor basic materials yang menguat 31,82% YtD, lalu indeks saham infrastruktur mencatat kenaikan sebesar 27,89% YtD. 

Sementara itu, indeks saham energi, finansial dan konsumer cukup tertinggal. Perbedaan itu menegaskan adanya pergeseran lantaran sektor energi yang tahun lalu menjadi jawara dengan kenaikan 28,01% kini tumbuh 12,82% YtD. 

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memandang bahwa lonjakan sektor teknologi banyak didorong oleh kombinasi sentimen kebijakan, aliran modal, dan perubahan preferensi risiko investor. 

“Sektor teknologi diuntungkan oleh kebangkitan valuasi global di saham growth setelah suku bunga mulai turun, ditambah stimulus pemerintah untuk digitalisasi dan integrasi ekosistem pembayaran,” ujarnya, Selasa (12/8/2025). 

Di samping itu, aksi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dan aksi korporasi besar di sektor teknologi turut menciptakan antusiasme dalam mempercepat masuknya dana, tak terkecuali dari investor asing yang mencari pertumbuhan tinggi di emerging markets

Di sisi lain, Felix menilai sektor konsumer, finansial, dan nonsiklikal relatif tertinggal karena valuasinya sudah tinggi sejak awal tahun. Kondisi itu membuat ruang perubahan penilaian valuasi (rerating) menjadi terbatas. 

Saham perbankan, semisal, cukup tertekan oleh sentimen aksi jual asing meskipun secara valuasi price to book value (PBV) mulai menarik. Sementara itu, pergerakan sektor konsumer dinilai cenderung lebih lambat karena dipicu tekanan daya beli dari inflasi pangan dan efek tarif perdagangan. 

“Ke depan, rotasi sektor di kuartal IV/2025 kemungkinan akan mengarah ke sektor yang sensitif terhadap suku bunga dan belanja pemerintah,” kata Felix.

Menurutnya, sektor properti, konstruksi, dan perbankan berpotensi mengalami rebound jika pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate berlanjut. Sementara itu, sektor transportasi dan logistik juga bisa menguat didukung oleh permintaan domestik dan ekspor nonkomoditas.

Di tengah kondisi ini, Felix menyatakan bahwa strategi alokasi aset yang relevan adalah menerapkan kombinasi core-satellite, yakni mempertahankan eksposur di sektor yang bertumbuh sembari memulai akumulasi saham value sector yang tertinggal, tetapi berpotensi naik saat rotasi berikutnya.

“Diversifikasi antarsektor menjadi kunci, dengan fokus pada emiten berfundamental kuat, neraca sehat, dan katalis jangka pendek yang jelas, seperti kontrak baru atau rilis kinerja kuartal III/2025 yang solid,” ucapnya. 

Sebelumnya, saham-saham sektor energi (IDXENERGY) sepanjang 2024 menjadi sektor dengan pertumbuhan paling tinggi.

Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2024 saham sektor energi melesat 28,01%. Pada periode ini, emiten kontraktor tambang afiliasi Prajogo Pangestu PT Petrosa Tbk. (PTRO) mencatatkan kenaikan saham paling tinggi sebesar 415,29% ke level Rp27.625 per saham. Pergerakan PTRO ini menyumbang bobot 9,25% terhadap indeks.

Adapun, pada penutupan perdagangan Senin (11/8/2025), saham sektor energi secara year to date (YtD) hanya tumbuh 12,82%. Kinerjanya timpang dengan saham sektor teknologi yang melesat 120,84%, atau sektor transportasi dan logistik yang tumbuh 18,37% dan sektor infrastruktur yang naik 27,89%.

Padahal di akhir 2024, sektor transportasi dan logistik menjadi sektor yang paling boncos, turun 18,78%. Adapun, sektor infrastruktur turun 5,81% dan sektor teknologi terkoreksi 9,87%.

____________________

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro