Rekomendasi Analis
Samuel Sekuritas menilai partisipasi para investor lebih kepada obligasi korporasi yang berimbal hasil tinggi, seperti WISL01ACN1 yang menawarkan imbal hasil 6,98% atau SMFP08ACN1 yang memberikan imbal hasil 6,23%.
Dari AS, korelasi antara saham AS dengan obligasi berbanding terbalik. Obligasi lebih banyak diminati di tengah berbagai sentimen, seperti prospek inflasi hingga pengurangan tarif AS.
Sementara itu, di dalam negeri, korelasi antara pasar obligasi dan saham justru berjalan ke arah yang positif. Hal itu mencerminkan permintaan yang kuat di kedua aset tersebut.
Penguatan ini terutama ditopang oleh pemangkasan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 bps dan penurunan tarif AS menjadi 19% terhadap Indonesia.
“Tarif yang lebih rendah ini meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar AS, terutama karena negara-negara ASEAN lainnya terus menghadapi hambatan perdagangan yang lebih tinggi, berpotensi mengalihkan arus perdagangan AS ke Indonesia,” tutup para analis.
Para analis menyebut, sebagian besar obligasi dengan tenor jangka panjang, terutama yang lebih dari 10 tahun, masih mencatatkan kenaikan harga yang lebih besar dibandingkan benchmark 10 tahun.
Sementara itu, untuk obligasi dengan tenor jangka pendek di bawah benchmark 10 tahun, memiliki momentum yang menguat, kecuali bagi tenor 6 tahun yang relatif datar.
Samuel Sekuritas merekomendasikan sejumlah obligasi pemerintah, seperti FR84, FR86, FR62, FR67, dan FR82. Sementara itu, pada sukuk, analis merekomendasikan PBS35, PBS05, dan PBS39.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.