Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing melakukan aksi jual bersih atau net sell hampir Rp60 triliun sejak awal tahun 2025 di pasar saham Indonesia. Aksi akumulasi bertahap atau cicil beli pun menjadi salah satu strategi yang bisa dilakukan investor lokal saat ini.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menjelaskan dengan aksi net sell tersebut, investor domestik tidak perlu panik. Dia menyarankan agar investor domestik dapat fokus pada performa fundamental masing-masing saham.
“Karena fundamental yang solid dapat meredam volatilitas dan tekanan dari aksi jual akibat sentimen jangka pendek,” kata Wafi, Senin (21/7/2025).
Sebagai informasi, berdasarkan data RTI Infokom hingga penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (18/7/2025), investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp60,6 triliun selama 6 bulan terakhir. Sementara itu, sejak awal tahun, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp59,5 triliun.
Saham-saham perbankan mendapatkan tekanan jual dari investor asing, seperti saham BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI.
Wafi menjelaskan asing menjual saham-saham bank karena posisi BI Rate yang masih relatif tinggi sejak awal tahun. Sementara itu, pertumbuhan kredit rendah dan terdapat kenaikan biaya provisi, sehingga asing meragukan performa saham bank hingga akhir 2025.
Namun, lanjut Wafi, dengan mulai turunnya BI Rate, dan mulai berakhirnya ketidakpastian global, hal ini menurutnya akan mendorong performa perbankan hingga akhir tahun. Wafi juga meyakini hal tersebut dapat kembali mengundang investor asing untuk kembali ke saham big banks.
“Selain itu, saham perbankan, terutama 4 big banks, memiliki fundamental yang solid dengan tingkat return yang cukup tinggi dibandingkan bank lainnya di Asia Tenggara,” ujarnya.
Dengan kondisi saat ini, menurut Wafi investor dapat melakukan aksi cicil beli untuk saham-saham bank tersebut karena valuasi secara historis sudah relatif murah, dengan strategi jangka menengah hingga jangka panjang.
“Untuk investor jangka pendek bisa memanfaatkan momentum koreksi untuk masuk,” kata Wafi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.