Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia melemah seiring dengan kekhawatiran investor bahwa ketidakpastian tarif Amerika Serikat (AS) dapat menekan permintaan energi, di tengah ekspektasi peningkatan pasokan dari produsen utama minyak mentah.
Melansir Reuters pada Jumat (4/7/2025), harga minyak berjangka jenis Brent turun 31 sen atau 0,45% ke level US$68,80 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS turun 45 sen atau 0,67% ke US$67 per barel, dalam volume perdagangan tipis menjelang libur Hari Kemerdekaan AS.
Penurunan harga terjadi menjelang berakhirnya masa jeda 90 hari tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Donald Trump, yang akan habis pada 9 Juli. Sejumlah mitra dagang utama, termasuk Uni Eropa dan Jepang, masih belum mencapai kesepakatan dagang, sehingga memicu kekhawatiran pelaku pasar atas dampak ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Kesepakatan awal perdagangan antara AS dan Vietnam sempat mengangkat harga pada Rabu, tetapi ketidakpastian tarif secara keseluruhan masih membayangi.
Pada sisi pasokan, aliansi produsen minyak OPEC+ diperkirakan akan menyepakati kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari dalam pertemuan akhir pekan ini.
Sementara itu, survei sektor swasta menunjukkan aktivitas jasa di China — importir minyak terbesar dunia — tumbuh pada laju paling lambat dalam sembilan bulan terakhir selama Juni, seiring permintaan domestik melemah dan pesanan ekspor baru menurun.
Baca Juga
Dari sisi permintaan, data menunjukkan persediaan minyak mentah AS justru naik secara tak terduga pekan lalu, menambah kekhawatiran terhadap konsumsi energi di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.
Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu melaporkan bahwa stok minyak mentah domestik naik 3,8 juta barel menjadi 419 juta barel. Sebelumnya, jajak pendapat Reuters memproyeksikan penurunan 1,8 juta barel.
Selain itu, perusahaan-perusahaan energi AS mengurangi jumlah rig minyak sebanyak 7 unit menjadi 425 — level terendah sejak September 2021, menurut data dari Baker Hughes. Jumlah rig sering dijadikan indikator produksi di masa depan.
Laporan ketenagakerjaan AS pada Kamis menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja masih solid pada Juni, disertai penurunan tingkat pengangguran. Namun, hampir separuh dari kenaikan jumlah pekerjaan berasal dari sektor pemerintahan, sementara sektor swasta — termasuk manufaktur dan ritel — menunjukkan perlambatan akibat dampak tarif impor yang agresif dari Trump.
“Laporan ketenagakerjaan kali ini lebih kuat dari ekspektasi, menunjukkan ketahanan ekonomi yang masih terjaga selama beberapa bulan terakhir. Kami memperkirakan The Fed masih akan bersikap wait-and-see terhadap kebijakan suku bunga,” ujar David Laut, CIO Abound Financial.
Pada Rabu, harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam sepekan setelah Iran menangguhkan kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan terkait program nuklir Teheran bisa kembali memicu konflik bersenjata.
Pada Kamis, AS juga menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran dan jaringan Hezbollah, menurut situs resmi Departemen Keuangan AS.
John Kilduff, mitra di Again Capital mengatakan, untuk saat ini, pasar tampaknya akan bersikap tenang, karena upaya seperti ini sebelumnya juga belum menunjukkan hasil signifikan.