Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengelola gerai makanan dan minuman PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) tetap akan ekspansi membuka gerai-gerai Starbucks baru walaupun masih ada tantangan boikot.
Direktur Utama MAPB Anthony Valentine Mc Evoy mengungkapkan perseroan menargetkan pembangunan 40 gerai baru Starbucks pada 2025. Lokasi pembangunan gerai baru itu juga tidak terbatas pada kota-kota tier 1, seperti Jabodetabek dan Bali, tetapi juga ke Lombok hingga Batam.
”Tapi seperti yang saya katakan, kami berusaha lebih prudent daripada tahun sebelumnya. Jadi, kami berusaha memastikan capex dan biaya kami terkendali,” katanya saat ditemui wartawan di Jakarta, Senin (30/6/2025).
Baca Juga : Boycott Impact Hits Starbucks (MAPB), Unilever (UNVR), Pizza Hut (PZZA) as 2024 Profits Slide |
---|
Adapun, emiten peritel Grup MAP PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dan anak-anak usahanya, punya sejumlah rencana ekspansif menghadapi sejumlah tantangan pada 2025. MAP bahkan menyediakan capital expenditure (capex) sebesar Rp2 triliun untuk menangkap peluang pada 2025.
Salah satu upaya ekspansi Grup MAP adalah melalui PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), dengan memperlebar ekspansi Starbucks ke sejumlah kota di Indonesia, meskipun sejumlah tantangan masih membayangi dari sisi boikot konsumen.
Melalui dana Rp2 triliun, Grup MAP bakal memaksimalkan rencana ekspansi 40 gerai baru Starbucks. Akan tetapi, MAPB bakal berhati-hati menggunakan dana itu. Pasalnya, sepanjang 2025, sebanyak 16 gerai Starbucks sudah tutup dan hanya 11 gerai baru terbangun.
Kehati-hatian Grup MAP dalam menjalani 2025 tercermin dari target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perseroan. Jika pada 2024 perseroan cukup percaya diri dapat mencapai pertumbuhan pendapatan mencapai 20—25% dan laba 5—10%.
Pada 2025, Grup MAP bersikap realistis untuk mengejar pertumbuhan pendapatan dan laba bersih. MAP hanya menargetkan pertumbuhan top line pada high single digit dan bottom line low single digit.
Wakil Presiden Direktur Mitra Adiperkasa Virendra Prakash Sharma membenarkan hal itu. Sharma menjelaskan bahwa dalam menjalani 2025, perseroan akan sangat berhati-hati untuk melakukan ekspansi. Pelemahan daya beli juga menjadi salah satu pertimbangan kehati-hatian tersebut.
”Memang untuk purchasing power, itu juga ada inisiatif yang kami lakukan seperti misalnya pada saat kami ekspan itu kami berhati-hati betul melihat dari segala sisi, melakukan pertimbangan sebelum kami membuka toko, kemudian kami juga melakukan rasionalisasi brand dan toko,” katanya dalam paparan publik di Jakarta, Senin (30/6/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.