Bisnis.com, JAKARTA — Deretan emiten BUMN memutuskan tebaran dividen dengan nilai dan rasio yang meningkat pada tahun ini seiring dengan pembentukan superholding BUMN, Danantara. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun buka suara.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan OJK tidak mengatur secara khusus nilai dividen serta rasio tebaran dividen (dividend payout ratio/DP) bagi lembaga jasa keuangan, termasuk apabila lembaga jasa keuangan itu adalah BUMN.
"Namun, dalam implementasinya, pembagian dividen harus menerapkan tata kelola yang baik, termasuk mengedepankan aspek transparansi, yang di dalamnya ada pemegang saham," kata Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Senin (2/6/2025).
Sementara, apabila BUMN yang dimaksud merupakan emiten atau perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka pembayarannya mengedepankan aspek keterbukaan di pasar modal.
Adapun, jika BUMN adalah bank, maka selain ketentuan di pasar modal, maka bank wajib memenuhi ketentuan tebaran dividen sesuai aturan. Bank harus memperhatikan kondisi kinerjanya, baik pemenuhan ekuitas, rencana penguatan dan pengembangan ke depan, serta upaya untuk meningkatkan daya saing seperti investasi untuk IT yang membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) besar.
Sebagaimana diketahui, sejumlah emiten pelat merah memang telah memutuskan tebaran dividen yang royal kepada pemegang sahamnya, terutama Danantara dengan kenaikan nilai serta rasio dividen untuk tahun buku 2024.
Baca Juga
Deretan emiten bank BUMN atau himpunan bank milik negara (Himbara) misalnya telah terlebih dahulu menebar dividen jumbo kepada pemegang saham. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memutuskan untuk menebar dividen tahun buku 2024 sebesar Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham. Rasio tebaran dividen atau dividend payout ratio dari BMRI mencapai 78%.
Baik nilai dan dividend payout ratio pada tahun buku 2024 itu naik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, BMRI memutuskan menebar dividen Rp353,96 per saham atau Rp33,03 triliun. Dividend payout ratio BMRI pada tahun buku 2023 mencapai 60%.
Begitu juga dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI). Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), BBRI memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham dengan rasio 85,32%.
Sementara, pada tahun sebelumnya tebaran dividen BBRI mencapai Rp48,1 triliun atau Rp319 per saham dengan rasio 80%.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) memutuskan tebaran dividen Rp13,95 triliun atau Rp374,05 per saham dengan rasio 65% untuk tahun buku 2024. Pada tahun sebelumnya, BBNI memutuskan tebaran dividen Rp10,45 triliun ataubRp280,5 per saham dengan rasio 50%.
Beberapa emiten pelat merah di sektor lainnya pun menebar dividen dengan royal kepada pemegang sahamnya. PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) misalnya memutuskan tebaran dividen sebesar Rp21,04 triliun atau Rp212,4 per saham dengan rasio 89%.
Dividen yang akan dibagikan TLKM kepada pemegang saham tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, di mana TLKM memutuskan tebaran dividen tahun buku 2023 sebesar Rp17,68 triliun atau Rp178,5 per saham dengan rasio 72%.
PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) pun memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp648,75 miliar atau Rp96,21 per saham dengan rasio tinggi 90,13%.
Tebaran dividen dan rasio SMGR itu meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya, di mana SMGR menebar dividen Rp572 miliar atau Rp84,70 per saham, dengan rasio 26,36%.
PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) memutuskan tebaran dividen sebesar Rp1,13 triliun atau Rp156,23 per saham, dengan rasio 25% untuk tahun buku 2024. Tahun sebelumnya, JSMR menebar dividen sebesar Rp274,8 miliar atau Rp37,86 per saham dengan rasio hanya 4% dari laba tahun buku 2023.
Terbaru, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) memutuskan tebaran dividen US$271,54 juta atau 80% dari labanya mengacu keputusan RUPST pekan lalu, Rabu (28/5/2025). Tebaran dividen itu naik dari tahun sebelumnya, di mana PGAS menebar dividen US$222,43 juta atau 80% dari laba tahun buku 2023.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.