Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas bursa Asia tercatat menguat pada penutupan perdagangan Rabu (26/2/2025) karena investor berusaha untuk beralih dari sentimen lemahnya data ekonomi AS yang telah mengguncang pasar keuangan.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi Korea Selatan ditutup naik 0,41% ke level 2.641,09, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik 3,47% pada level 23.833,80. Kemudian, indeks komposit Shanghai di China juga ditutup menguat 0,88% pada level 3.375,57. Selanjutnya, indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI menguat 0,67% pada 1.578,61.
Sementara itu, indeks Topix Jepang ditutup terkoreksi 0,3% ke level 2.716,40. Kemudian, indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup turun 0,14% ke level 8.240,68.
Investor mencari sudut pasar yang lebih aman setelah data kepercayaan konsumen AS yang lemah meningkatkan kekhawatiran mengenai prospek perekonomian yang lebih luas akibat kebijakan Presiden Donald Trump dan dampaknya terhadap pertumbuhan global.
Peluang untuk tindakan awal terhadap rencana pemotongan pajaknya membaik ketika anggota DPR dari Partai Republik meloloskan cetak biru anggaran pada Selasa (26/2/2025). Kestabilan pasar pada Rabu (27/2/2025) akan diuji nanti ketika Nvidia Corp. melaporkan pendapatannya.
“Angka-angka Nvidia bisa menjadi penentu keberhasilan pasar, setidaknya dalam jangka pendek. Hal yang benar-benar dapat mendorong sentimen dapat bermuara pada apakah prospek perusahaan tetap cerah seperti sebelumnya," kata Kepala Analis Pasar di KCM Trade di Sydney, Tim Waterer.
Baca Juga
Sementara itu, saham Hong Kong adalah aset yang menonjol dalam perdagangan Asia, setelah DeepSeek membuka kembali akses ke antarmuka pemrograman inti setelah hampir tiga minggu ditangguhkan, melanjutkan kunci layanan untuk adopsi model AI yang lebih luas yang terbukti sangat populer sejak kemunculannya bulan lalu.
“Pasar saham China masih menarik dari sudut pandang penilaian relatif,” kata Linda Lam, kepala penasihat ekuitas untuk Asia Utara di Union Bancaire Privee di Hong Kong.
Langkah Trump untuk semakin memisahkan hubungan ekonomi antara China dan AS telah mengguncang investor global yang bertaruh pada pemulihan berkelanjutan saham-saham Negeri Tirai Bambu.
Saham-saham tersebut telah meningkat tahun ini karena optimisme seputar kecerdasan buatan DeepSeek dan pertemuan Presiden Xi Jinping dengan para pemimpin perusahaan, sebuah langkah yang dipandang sebagai kemungkinan mengakhiri tindakan keras terhadap sektor swasta.