Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak fluktuatif dalam sesi perdagangan yang penuh gejolak pada Selasa (21/1/2025), di tengah ketidakpastian pasar terhadap rencana tarif yang mungkin diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Melansir Reuters, Rabu (22/1/2025), indeks dolar AS yang mengukur kinerja dolar terhadap mata uang utama naik tipis 0,01% ke 108,00 setelah tertekan 1,24% pada Senin.
Setelah mencapai level tertinggi dua tahun di 110,17 pekan lalu, greenback mulai kehilangan momentumnya dan melemah dalam lima dari enam sesi terakhir.
Sementara itu, euro menguat 0,11% ke US$1,0425, di tengah kekhawatiran Eropa juga menjadi target tarif Trump. Poundsterling menguat 0,04% ke US$1,2328. Dolar melemah 0,03% terhadap yen Jepang di 155,54, dengan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga Bank of Japan pada pekan ini.
Sementara itu, dolar Kanada melemah 0,17% ke C$1,43 per dolar AS, sedangkan peso Meksiko turun 0,64% ke 20,649. Data ekonomi menunjukkan inflasi Kanada melambat ke 1,8% pada Desember, memberi ruang bagi Bank of Canada untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga dalam pertemuan kebijakan pekan depan.
Trump menyampaikan bahwa ia sedang mempertimbangkan tarif hingga 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari dengan alasan persoalan fentanyl dan imigrasi ilegal.
Baca Juga
Ia juga menyinggung tarif universal, meski mengindikasikan bahwa penerapan langkah tersebut belum menjadi prioritas.
Pedagang valas di Monex USA Helen Given mengatakan volatilitas kembali mendominasi pasar mata uang setelah masa tenang di bawah kepemimpinan Joe Biden.
"Pasar valuta asing kini sangat sensitif terhadap isu tarif dari administrasi Trump. Namun, hingga kini, usulan tarif tersebut masih sebatas wacana,” ungkapnya.
Dalam pidato pelantikannya, Trump menekankan fokus pada krisis imigrasi, kebijakan energi, dan perluasan kebijakan luar negeri, termasuk janji untuk merebut kembali Terusan Panama.
Terhadap yuan China, dolar menguat 0,04% ke 7,264 di tengah ancaman Trump mengenai tarif hingga 60%. Meski begitu, Beijing memberikan sinyal dukungan untuk mata uangnya dengan penetapan tingkat nilai tukar yuan yang lebih kuat.