Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam industri dan logam mulia cenderung stabil seiring dengan pelaku pasar wait and see menantikan hasil pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga naik 0,1% dan ditutup ke level US$9.773,50 per ton di Bursa Logam London (LME) pada Jumat (15/8/2025). Sementara itu, logam industri lainnya terpantau bervariasi. Logam mulia emas stagnan di kisaran US$3.337 per ons, sedangkan turunannya seperti perak, platinum, dan paladium mencatat penurunan harga.
Perdagangan logam mulai dari emas hingga tembaga bergerak dalam rentang sempit pada Jumat (15/8/2025) menjelang pertemuan Trump dan Putin di Alaska.
Pasar berharap pembicaraan itu dapat semakin dekat ke penyelesaian perang Rusia-Ukraina. Adapun, setiap kesepakatan yang dapat mengakhiri perang di Ukraina berpotensi mendorong harga komoditas yang terkait pertumbuhan seperti tembaga.
Di sisi lain, aset safe haven seperti emas bisa mengalami lonjakan harga lanjutan jika pembicaraan tersebut gagal.
Trump menyambut Putin dengan jabat tangan di Alaska saat mereka memulai pertemuan puncak yang sangat dinanti-nantikan. Pemimpin AS tersebut berharap dapat mengamankan akhir dari perang di Ukraina. Konferensi pers bersama direncanakan setelah pertemuan mereka selesai.
Konflik di Ukraina telah menjadi pendorong utama reli panjang harga emas, dengan harga yang melonjak dua kali lipat sejak akhir 2022. Sanksi AS terhadap sistem keuangan Rusia telah meningkatkan daya tarik emas sebagai aset cadangan. Tanda-tanda gencatan senjata dapat mengurangi permintaan terhadap logam mulia sebagai aset pelindung nilai, terutama di tengah kekhawatiran investor terhadap pendekatan Trump yang konfrontatif dalam politik dan perdagangan.
Sementara itu, logam industri akan sensitif terhadap tanda-tanda bahwa Rusia berada di jalur menuju normalisasi perdagangan dengan negara-negara Barat. Perang telah mengguncang ekonomi Rusia dan memberikan tekanan besar pada sektor industri Eropa, sekaligus memicu pergeseran besar dalam arus perdagangan global karena konsumen Barat menghindari logam asal Rusia dan pemerintah memberlakukan sanksi terhadap produsen Rusia.
Sebelumnya, investor mencermati data ekonomi menunjukkan adanya kenaikan dalam penjualan ritel AS, yang didorong oleh penjualan mobil dan promosi besar-besaran secara daring. Namun, laporan terpisah kemudian menunjukkan bahwa sentimen konsumen secara tak terduga menurun untuk pertama kalinya sejak April, sementara ekspektasi inflasi meningkat.