Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Pasar Saham 2025 dan Amunisi Bitcoin Jelang Tutup Tahun

Pasar saham Indonesia berakhir merah pada penutupan Bursa 2024. Bagaimana proyeksi tahun depan?
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman memberikan pemaparan saat penutupan perdagangan saham 2024 di Jakarta, Senin (30/12/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman memberikan pemaparan saat penutupan perdagangan saham 2024 di Jakarta, Senin (30/12/2024)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA — Pasar saham Indonesia berakhir merah pada penutupan Bursa 2024. Hal tersebut sudah diprediksi sebelumnya mengingat lebih berat sentimen negatif daripada positif yang datang ke Tanah Air.

Laporan ini menjadi salah satu ulasan pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (31/1/2024). Selain itu terdapat pula sejumlah tulisan komprehensif lainnya untuk pembaca. Simak selengkapnya:

1.      Kinerja Lesu Pasar Saham Perlu Diperbaiki 2025

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terparkir di level 7.079,91 hingga akhir perdagangan tahun ini, Senin (30/12/2024). Posisi tersebut mencerminkan penurunan sebesar 2,65% secara year-to-date (YtD).

Padahal, indeks komposit sempat berada di zona hijau, bahkan menembus 7.905 pada 19 September 2024 atau tertinggi sepanjang sejarah (ATH). Akan tetapi tren tersebut tidak lama hingga akhirnya ditutup dengan tidak baik pada akhir tahun.

Pasar saham yang kurang menarik membuat investor melirik instrumen lain. Salah satunya adalah pasar kripto. Bisa dilihat dari jumlahnya yang meningkat signifikan meski usianya masih belia.

Saat ini jumlah investor pasar modal mencapai 14,8 juta. Sementara itu, jumlah pelanggan terdaftar kripto mencapai 21,63 juta per Oktober 2024.

Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak tinggal diam melihat kondisi tersebut. Beberapa upaya dilakukan untuk memperbaiki kinerja pasar saham.

2.      Maskapai RI Terpantik Kecelakaan Pesawat Azerbaijan dan Jeju Air

Kecelakaan penerbangan internasional dalam beberapa hari terakhir memantik maskapai dalam negeri meningkatkan perawatan berkala untuk memastikan keamanan angkutan udara.

Beberapa hari setelah Azerbaijan Airlines jatuh di dekat Kota Aktau, Kazakhstan, pada Rabu (25/12/2024) hingga menewaskan 38 dari 67 penumpang dan awak pesawat, giliran Pesawat Jeju Air Co tergelincir di Landasan Pacu Bandara Muan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024). 

Dalam dugaan awal, pesawat tersebut sempat terkena burung hingga merusak salah satu mesin. Saat berusaha mendarat, pilot maskapai berbiaya rendah milik Korea Selatan itu dilaporkan membatalkan pendaratan pertama dan mencoba kembali mendarat dengan melakukan go-around. 

Dalam upaya kedua, pesawat akhirnya mendarat tanpa roda, meluncur di landasan dengan kecepatan tinggi sebelum menabrak dinding di ujung landasan lalu terbakar. Peristiwa nahas itu menewaskan 179 dari 181 penumpang dan awak kabin setelah pesawat tergelincir di landasan pacu lalu terbakar. Bagaimana maskapai dalam negeri merespons kondisi itu?

3.      Mengadang Redupnya Pamor SRBI

Tren capital outflow membayangi masa depan nilai tukar rupiah setelah investor berbondong-bondong melepas aset Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Data Bank Indonesia (BI) sepanjang November dan Desember 2024, investor asing terpantau melakukan jual neto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) hingga Rp17,93 triliun.  

Pada pekan terakhir Desember atau sepanjang tanggal 23 hingga 27 Desember 2024 saja investor asing melakukan jual neto SRBI senilai Rp2,82 triliun. Lebih besar dari jual neto investor asing di pasar saham maupun Surat Berharga Negara (SBN) yang masing-masing Rp0,63 triliun dan Rp0,86 triliun. 

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan aliran dana keluar tersebut dipicu oleh dinamika perekonomian global dan domestik terkini.

Dari beragam instrumen yang menjadi indikator stabilitas nilai tukar rupiah, aset SRBI paling mendominasi tren keluar atau outflow.  

4.      Bitcoin Kehabisan Amunisi Menjelang Tutup Tahun 2024

Reli Bitcoin yang dipicu oleh kemenangan pemilu Presiden terpilih AS Donald Trump pada November terhenti, dan menjauh dari level US$100.000 menjelang tutup tahun 2024.

Adapun aset digital tersebut berfluktuasi pada level US$93.399 hingga 14.53 WIB Senin (30/12/2024). Aka tersebut di bawah rekor tertinggi yang ditetapkan pada pertengahan Desember.

Kejelasan lebih lanjut tentang rezim kripto AS kemungkinan akan muncul setelah Trump memangku jabatan pada 20 Januari. Sikap Partai Republik ini bertolak belakang dengan pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menindak tegas sektor yang rawan skandal itu.

Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group, mengatakan momentum muncul akibat pergerakan pasca pemilu untuk Bitcoin, sebagaimana karena arus keluar dari dana yang diperdagangakan di bursa untuk token itu. 

Sementara itu, pembuat perangkat lunak yang beralih menjadi akumulator Bitcoin, MicroStrategy Inc., telah melakukan aksi beli besar-besaran dalam beberapa minggu terakhir. Para pedagang menunggu untuk melihat apakah perusahaan — yang memiliki aset digital senilai lebih dari US$40 miliar — akan melanjutkan pola pengumuman pembelian Bitcoin.

5.      Siasat BYAN - UNTR di Tengah Penurunan Harga Batu Bara 2025

Perusahaan pertambangan batu bara menempuh upaya peningkatan produksi pada tahun depan seiring dengan makin besarnya permintaan meski dihadapkan pada lesunya harga komoditas.

Setelah menikmati lonjakan harga akibat booming komoditas pada 2022 atau pascapandemi hingga menyentuh US$439 per ton, harga batu bara secara berlahan kembali ke level normal. Bahkan dalam dua bulan terakhir, grafik harga emas hitam terus merosot. 

Pada 7 Oktober misalnya, Tradingeconomics mencatat harga batu bara menyentuh US$153 per ton, tertinggi dalam setahun terakhir. Usai harga puncak tersebut, harga komoditas fosil tersebut terus terperosok hingga ke level US$125 per ton pada 27 Desember 2024. 

Di samping itu, kontrak perdagangan batu bara ICE Newcastle selama Januari – Desember 2025 juta berada di level moderat yakni US$125 per ton hingga US$137,85 per ton. Rendahnya harga komoditas ini dikontribusikan oleh lonjakan produksi batu para seiring meningkatnya permintaan dari pasar global. 

Data Tradingeconomics menyebutkan bahwa produksi batu bara terutama di China telah melonjak cukup tajam hingga 14,27 juta ton per hari pada November 2024, naik dari sebelumnya 12,28 juta ton per hari pada Oktober. 

Di dalam negeri, produksi batu bara juga memecahkan rekor hingga 809,79 juta ton hingga menjelang pergantian tahun. Realisasi ini juga melewati target yang ditetapkan Kementerian ESDM sejak awal 2024 yakni 710 juta ton. Adapun dari total produksi itu, 417,31 juta ton disalurkan ke pasar ekspor, sisanya untuk kebutuhan domestik.

Bagaimana respons emiten pertambangan pada tahun depan?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Rayful Mudassir
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper